ProdukPembersih Dari Bahan Nabati Dan Hewani posted: 10 July 2022 4.44 - Berikut ini beberapa dari bahan nabati dan hewani dan informasi yang membahas mengenai produk pembersih serta artikel lain yang berhubungan dengan topik tersebut di manfaat.org Produk pembersih yang di buat / di produksi menggunakan bahan utamanya berupa bahan pangan nabatitumbuhan/tanaman dan hewani berasal dri hewan. contohnya saja minyak, ada yang berasal dari minyak tanaman yaitu minyak sawit dan ada juga yang berasal dari hewan atau maksudnya dari tubuh hewan misalnya minyak ikan. namun dalam hal ini, difungsikan untuk produk pembersih
PengertianPengemasan. Kemasan dapat dibuat dengan material unik, dengan warna dan gambar yang menarik seperti; Sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
1Pengolahan dan Wirausaha Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani BAB 4 A. Mengenal Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani Produk pembersih adalah produk yang fungsinya melepaskan kotoran dari permukaan benda maupun tubuh manusia. Terdapat berbagai jenis produk pem-bersih yang biasa digunakan di rumah tangga. Produk rumah tangga dapat dibagi menjadi produk yang digunakan untuk tubuh seperti sabun, sampo serta pasta gigi dan pembersih untuk perabot rumah tangga seperti sabun cuci pakaian, sabun cuci piring, pembersih kamar mandi, pembersih kaca dan lain-lainnya. Produk pembersih apa saja yang ada di rumahmu? Produk pembersih yang digunakan untuk tubuh secara umum adalah 1. sabun 2. sampo 3. pasta gigi Produk pembersih yang digunakan untuk perabot di antaranya 1. sabun cuci piring 2. sabun cuci pakaian 3. bubuk pembersih, yang sifatnya menggerus contoh abu gosok Manusia Produk Pembersih Mebel Pakaian Lain-lain Perabot Alat Makan Sumber Dokumen Kemdikbud Bagan Pengelompokan pembersih berdasar fungsinya 24. cairan pembersih lantai dan kamar mandi, mengandung zat pembunuh kuman seperti lisol 5. pembersih kaca/glass cleaner 6. wood polish, untuk membersihkan sekaligus mengkilapkan pernis mebel kayu 7. sampo untuk karpet Produk pembersih juga dapat digolongkan menjadi pembersih tradisional dan pembersih modern. Pembersih tradisional memanfaatkan zat kimia alami secara langsung tanpa diolah dahulu. Contohnya susu kambing yang digunakan untuk mandi, dapat melepaskan sel kulit mati dan melembabkan kulit. Pembersih tradisional lain yang sangat terkenal adalah batang siwak untuk membersihkan gigi dan buah lerak untuk mencuci pakaian. Pembersih modern menggunakan bahan kimia alami maupun sintetis untuk diolah menjadi produk pembersih. Produk Pembersih Kimia Alami Modern Kimia Sintetis Tradisional Kimia Alami Sumber Dokumen Kemdikbud Bagan Pengelompokan Pembersih Tradisional dan Modern Sumber Gambar Pohon Siwak Salvadore Persica 3Pengolahan Sumber Gambar Batang siwak untuk pembersih gigi Tugas 1 Produk atau Cara Pembersih Khas Daerah Tugas ini akan mengajak kita untuk lebih mengenal produk-produk dan cara-cara pembersih tradisional yang khas dari daerah di Indonesia. Kegiatan 1 Perhatikan di sekitar lingkungan tempat tinggal dan sekolahmu. Adakah produk pembersih atau cara tradisional yang masih digunakan? Tanyakan kepada orang tua, nenek kakek atau sesepuh di daerahmu, apakah mereka mengetahui tentang produk pembersih atau cara tradisional yang digunakan di masa lalu? Kamu dapat juga mencari informasi dari buku dan internet. Catat hasil wawancaramu pada selembar kertas kerja. Contoh Lembar Kerja Pelaksanaan wawancara tanggal, bulan, tahun, jam, tempat Narasumber boleh lebih dari satu orang Nama pembersih Cara menggunakan Fungsi pembersih Bahan Cara pembuatan Kemasan yang digunakan Catatan penting lainnya 4Produk pembersih juga dapat digolongkan menjadi pembersih tradisional dan pembersih modern. Pembersih tradisional memanfaatkan zat kimia alami secara langsung tanpa diolah dahulu contohnya susu kambing yang digunakan untuk mandi, dapat melepaskan sel kulit mati dan melembabkan kulit. Pembersih tradisional lain yang sangat terkenal adalah batang siwak untuk membersihkan gigi dan buah lerak untuk mencuci pakaian. Pembersih modern menggunakan bahan kimia alami maupun sintetis untuk diolah menjadi produk pembersih. Kegiatan 2 Diskusikan di kelas bersama guru dan teman sekelasmu. Bila ada teman yang mendapatkan data tentang produk atau cara pembersih tradisional yang serupa, kalian dapat saling melengkapi catatan masing-masing untuk meng-hasilkan laporan yang lebih lengkap dan menyeluruh. Pikirkan potensi apa yang dapat dikembangkan dari proses pembuatan pembersih, kemasan maupun cara penjualannya. Kegiatan 3 Bentuklah beberapa kelompok dalam kelas. Buatlah buku tempel scrapbook tentang produk atau cara pembersih tradisional tersebut. Buku disusun dengan runut dan menarik, tanyakan kepada guru bila ada kesulitan penyusunan. Lengkapi buku dengan teks, gambar, foto, bahan, atau material lain seperti daun atau bunga kering sesuai dengan materi, ide, dan kreativitas kelompok. Bagilah tugas sesuai dengan bakat dan keahlian masing-masing anggota kelompok. Kegiatan 4 Pamerkan buku-buku tersebut pada pameran akhir semester di sekolahmu. Mintalah kritik dan saran dari guru dan siswa yang mengunjungi pameran, catatan setiap kritik dan saran dengan rapi. Kritik dan saran yang membangun, dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan hasil karya kalian di masa men-datang. 5B. Bahan Nabati, Bahan Hewani dan Bahan Pendukung Produk pembersih dapat dibuat dari bahan kimia alami dan bahan kimia sintetis. Bahan alami terdiri atas nabati dan hewani. Bahan nabati adalah bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan hewani adalah bahan yang berasal dari hewan. Bahan kimia sintetis diproduksi melalui proses kimia oleh industri produk kimia. Material yang dengan fungsi pembersih dapat dibagi menjadi sabun, deterjen, dan material abrasif bersifat seperti amplas. 1. Material Sabun Bahan pembuat sabun terdiri atas material utama, yaitu lemak asam lemak dan bahan kimia basa kuat, yaitu natrium hidroskida NaOH dan kalium hidrok- sida KOH dengan air murni. Basa kuat yang sudah dilarutkan pada air akan menghasilkan alkalin. Asam lemak dan alkalin dari NaOh atau KOH dengan H2O bereaksi mengakibatkan proses saponiikasi yang menghasilkan sabun yang berfungsi sebagai pembersih. Untuk memberikan kenyamanan penggu-naan, sabun diberi warna dan pengharum. Sabun juga dapat dicampur dengan material pendukung untuk menghasilkan fungsi tambahan misalnya antiseptik dan pengawet. Lemak Hewani Sumber Dokumen Kemdikbud Bagan Material pembersih 6a. Minyak Minyak atau lemak sebagai bahan baku pembuatan sabun dapat berupa minyak/lemak nabati atau hewani. Jumlah minyak atau lemak yang digu-nakan dalam proses pembuatan sabun ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan kelayakan ekonomi, spesiikasi produk sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut, dan lain-lain. Berikut adalah jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam pembuatan sabun. - Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping, selain hasil utamanya yaitu daging sapi. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer temperatur solidiikasi dari asam lemak, kandungan FFA, bilangan saponiikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0%. Titer pada tallow umumnya di atas 40 °C. Tallow dengan titer di bawah 40 °C dikenal dengan nama grease. - Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat 60 ~ 65% dan asam lemak jenuh seperti stearat 35 ~ 40%. Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa. - Palm Oil minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit umumnya digu-nakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga ke- merahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, warnanya harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digu-nakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Gambar pohon sawit Gambar buah sawit Pengolahan 7- Coconut Oil minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah kelapa yang dikeringkan kopra. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang dapat menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat. - Palm Kernel Oil minyak inti kelapa sawit. Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. - Palm Oil Stearine minyak sawit stearin. Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam lemak dari minyak sawit yang sudah diolah dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin. - Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut paus dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku. Gambar pohon kelapa Gambar Pohon kelapa dan buahnya Gambar daging buah kelapa yang dikeringkan/kopra 8- Castor Oil minyak jarak. Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan. - Olive oil minyak zaitun. Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tetapi lembut bagi kulit. - Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya mem-buat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun. Gambar pohon jarak Gambar Pohon jarak dan buahnya Gambar biji pohon jarak Gambar pohon zaitun Gambar Pohon zaitun dan buahnya Gambar pohon zaitun 9b. Kimia Basa Material kimia basa yang digunakan untuk sabun rumah tangga adalah NaOH, dan KOH. NaOH yang dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, digunakan untuk pembuatan sabun padat. KOH, dikenal juga dengan potasium hidroksida atau caustic potash, banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair. Sabun dengan bahan KOH tidak bisa padat, sehingga digunakan untuk membuat sabun cair. KOH terbuat dari abu tumbuhan ash wood, sedangkan NaOH dari abu soda soda-ash. 2. Material Detergen Deterjen terbentuk dari senyama kimia alkyl benzene sulfonat ABS yang berasal dari pengolahan minyak bumi, direaksikan dengan natrium hidroksida NaOH, yaitu basa yang juga digunakan untuk sabun. Perbedaan sabun dan deterjen adalah sabun tidak dapat bekerja baik untuk pencucian dengan air sadah air yang memiliki kandungan mineral tinggi, umumnya ion kalsium Ca dan magnesium Mg dalam bentuk garam karbonat dan air dingin, sedangkan deterjen sebagai pembersih dapat berfungsi baik pada air sadah dan air dingin. 3. Material Sampo Bahan pembuat sampo dapat berupa bahan sabun atau deterjen. Sampo yang terbuat dengan bahan sabun terdiri atas material utama, yaitu lemak asam lemak dan bahan kimia basa kuat dengan air. Air yang digunakan sebaiknya air yang sudah melalui proses deionisasi atau air murni, untuk mencegah terjadinya reaksi ion yang dapat menurunkan kualitas produk sampo. Kimia basa yang digunakan pada sampo adalah kalium hidroksida KOH. KOH yang sudah dilarutkan pada air akan menghasilkan alkalin. Asam lemak dan alkalin bereaksi mengakibatkanterjadinyaprosessaponiikasiyangberfungsisebagai pembersih. Sampo yang menggunakan deterjen sintetis di antaranya menggunakan senyawa natrium laurel sulfat SLS yang berfungsi mengatasi kesadahan air kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air. Sampo untuk rambut berminyak memiliki kandungan deterjen yang lebih tinggi daripada sampo untuk rambut kering. Sampo diberikan tambahan pewarna dan pengharum untuk memberikan kenyamanan penggunaan. Sampo juga dapat dicampur dengan material pendukung untuk menghasilkan fungsi tambahan seperti obat penghilang ketombe dan pengawet. Bahan pengawet dipakai untuk mencegah terben-tuknya mikroba pada produk. Beberapa jenis pengawet yang sering dipakai adalah EDTA Ethylen Diamine Tetra Acetic, sodium benzoate, sodium salicylate, dan sebagainya. Garam atau natrium klorida NaHC dalam campuran shampoo berperan untuk mengatur kekentalan. 10 Sampo juga dapat dibuat dari bahan-bahan natural yang sejak lama sudah digunakan secara tradisional, seperti merang, daun lidah buaya, jeruk nipis, telur, dan kulit buah nanas. Bahan-bahan tersebut umumnya langsung digu-nakan dengan cara dihaluskan terlebih dahulu. Bahan-bahan alami tersebut sangat berkhasiat dan membutuhkan pengolahan khusus agar dapat tahan lebih lama. Sumber Forum Kerjasama Agribisnis Gambar Pohon lidah buaya yang dibudidayakan Sumber 2013/08/ Gambar Buah jeruk nipis Sumber Gambar 4. 10 Buah nanas 113. Material Pasta Gigi atau Pembersih Gigi Bahan utama untuk pasta gigi adalah bahan yang memilki sifat abrasif atau mengikis seperti amplas. Abrasif yang digunakan dalam pasta gigi di antaranya adalah silica SiO2, kalsium karbonat CaCO3, dan baking soda. Umumnya pasta gigi mengandung luorida yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri dan kalsium. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai pembersih gigi adalah batang siwak yang memiliki kandungan zat fenol. 4. Lerak Lerak adalah tumbuhan genus Sapindus, yang terdiri atas 13 spesies. Salah satunya adalah Sapindus rarak dari Asia Tenggara. Lerak atau Sapindus rarak kadang disebut pula sebagai Soapberry atau Soapnut. Di Indonesia terdapat Sapindus rarak De Candole yang dalam bahasa daerah dikenal dengan werek, lamuran, rerek dan lain-lain, yang digunakan sebagai pembersih tradisional sejak dahulu. Kulit dan daging buah lerak yang sudah dihancurkan digunakan untuk mencuci kain batik. Lerak juga digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mandi, keramas, dan membersihkan perhiasan seperti emas dan perak. Lerak yang digunakan adalah bagian buahnya. Buah lerak memiliki diameter kurang lebih 1 cm. Kulit dan daging buah setebal sekitar 2 - 3 mm. Kulit dan daging buah ini membungkus biji yang juga bulat, berwarna hitam, berukuran sekitar 7 - 9 mm. Buah lerak tahan disimpan selama setahun bila dalam keadaan kering. Daging buah lerak mengandung zat saponin yang memiliki sifat alkaoid yang melarutkan kotoran. Biji lerak mengandung minyak. Sumber Gambar Pohon lerak dan buahnya 12C. Proses dan Alat Pengolahan Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani 1. Proses Pembuatan Produk Pembersih Sabun Proses pengolahan produk pembersih adalah proses kimia yang terjadi pada bahan-bahan pembentuknya. Sabun merupakan hasil reaksi kimia dari pencampuran minyak dan larutan alkali dari basa yang dilarutkan ke dalam air murni. Pembuatan sabun dapat dibagi menjadi proses dingin cold process, proses panas hot process, larut-tuang melt and pour, dan Rebatching/Triple milled. Larut-tuang adalah proses pembuatan sabun adalah dengan melarut-kan bahan sabun dasar yang sudah jadi, menambahmelarut-kan esense pewangi dan warna serta penghias lain seperti kelopak bunga mawar, parutan kelapa yang sudah dikeringkan dan lain-lain. Perbedaan proses dingin dan proses panas adalah pada proses pencampuran larutan NaOH atau KOH alkalin dengan minyak. Pencampuran tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa pemana-san. Rebatcing adalah membuat sabun mulai dari proses pencampuran minyak dengan alkali hingga pewarnaan, pemberian pengharum, dan bahan lainnya. Proses pengolahan dengan bahan kimia membutuhkan ketepatan pengukuran material/bahan yang akan digunakan, ketepatan penggunaan alat, dan harus menggunakan pelindung untuk memastikan tubuh kita aman dari kemung- kinan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh bahan dan reaksi kimia yang terjadi. Sumber Gambar Buah lerak 13Prosedur pembuatan produk pembersih terdiri atas persiapan sarana kerja tempat dan alat keselamatan kerja, persiapan bahan, pelaksanaan pembuatan produk, pembersihan dan perapian alat dan tempat kerja. Alat kerja dan tempat kerja harus dibersihkan dari bahan-bahan kimia yang digunakan. Bahan kimia harus disimpan di tempat dengan temperatur sedang sejuk dan aman, sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada kemasan bahan kimia. a. Penggunaan Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Alat K3 untuk pembuatan produk pembersih adalah pelindung mata goggle, masker, sarung tangan karet, dan apron. Gunakan alat keselamatan kerja sebelum proses dimulai. Disarankan untuk tidak menggunakan perhi-asan seperti gelang atau lainnya yang akan mengganggu kerja dan meng-gunakan baju lengan panjang untuk melindungi tubuh secara lebih optimal. Sumber http// Gambar Pelindung mata, masker, sarung tangan karet, dan apron 14b. Persiapan Tempat dan Alat Kerja Pada proses pembuatan sabun, ruang kerja harus memiliki aliran udara yang baik, atau beberapa proses dapat dilakukan di luar ruangan. Tempat kerja harus bebas dari gangguan atau benda-benda lain yang tidak berhubungan dengan proses dan cukup leluasa. Alat yang dibutuhkan untuk proses pem-buatan sabun dapat dikelompokkan sesuai tahapan kerja. Alat untuk mengukur material dan suhu - Termometer panas/termometer untuk memasak - Timbangan digital - Wadah untuk setiap bahan yang akan ditimbang Alat untuk membuat campuran air dengan basa keras - Sendok kayu atau batang pengaduk - Gelas ukur berbahan plastik Alat untuk mencampur minyak dengan larutan alkalin - Panci stainless steel untuk wadah minyak dan larutan alkalin - Panci yang lebih besar untuk double boiler pada proses panas/ hot process - Sendok kayu atau batang pengaduk - Alumnium foil untuk menutup panci pada proses panas - Pengocok telur atau mixer g Sumber Gambar Timbangan dan termometer digital Sumber Gambar Membuat double boiler 15Alat untuk pembentukan dan pengeringan sabun - Sendok logam/kayu - Cetakan bisa terbuat dari plastik, silikon, atau wadah bekas kemasan minuman tidak mengandung alumunium - Pisau lebar atau kape - Alas potong atau talenan - Alas berjeruji c. Persiapan Bahan Pada tahap persiapan bahan, semua bahan ditimbang dengan teliti sesuai resep sabun yang akan dibuat. Jangan mengukur bahan dengan satuan volume seperti satu sendok makan, ½ gelas, melainkan gunakan ukuran berat seperti gram atau ons. Pastikan kamu menggunakan satuan yang sama untuk setiap bahan. Jika NaOH diukur dengan gram, minyak diukur dengan satuan gram. Sumber Gambar Pemotong Sabun Sumber Gambar Alas berjeruji 16 d. Proses Pembuatan Tabel Perbedaan Proses Dingin dan Panas pada Pembuatan Sabun Proses dingin cold process Proses panas hot process 1 Masukan NaOH atau KOH ke dalam air murni, sedikit demi sedikit. Campuran NaOH atau KOH dengan air akan mengeluarkan kalor/panas. Aduk hingga tercampur rata. Sisihkan. 2 Campurkan jenis-jenis minyak yang akan digunakan misalnya minyak kelapa dengan minyak olive, aduk hingga rata. Campurkan jenis-jenis minyak atau lemak padat yang akan digunakan di dalam double boiler dengan api sedang, aduk tercampur rata. 3 Ukur suhu cairan alkalin campuran NaOH atau KOH dengan air 4 Samakan suhu cairan alkali dan campuran minyak dengan memanaskan minyak misalnya cairan alkali bersuhu 60 0C, minyak harus memiliki suhu antara 51o-68 0C. 5 Angkat panci dari double boiler. 6 Masukkan larutan alkalin ke dalam minyak, lalu aduk dengan menggunakan mixer kecepatan rendah dapat pula dengan pengocok telur hingga tercampur rata. 7 Aduk dengan mixer selama 10 -15 menit. Masukkan panci kembali ke double boiler. Tutup panci kecil dengan lembaran aluminium agar dimasuki uap air dari air mendidih. Tutup keseluruhannya kedua panci dengan lembaran aluminium agar air tidak habis menguap. Biarkan dalam keadaan tertutup selama pemanasan selama kurang lebih 1,5 – 2 jam. Buka dan aduk setiap 15 menit. Untuk memastikan bahwa sabun sudah netral, ambil sedikit lalu campurkan dengan air bersih. Jika campurannya keruh seperti susu, artinya proses pemanasan masih harus dilakukan. Sabun netral jika dicampur dengan air menjadi cenderung transparan. Setelah sabun netral, angkat dari api. Aduk untuk mendinginkan sabun hingga bersuhu + 60 0C. 8 Masukkan esens pewangi sebagian pewangi akan menguap pada suhu di atas 60 0C. 9 Aduk rata. 10 Tuangkan pada cetakan. 172. Proses Pembuatan Produk Pembersih Sampo Proses pembuatan sampo secara prinsip serupa dengan pembuatan sabun dengan proses panas. Perbedaannya penggunaan KOH sebagai basa kuat, dengan minyak nabati. Pemanasan dilakukan hingga sabun sangat kental dan cenderung transparan, disebut dengan sabun nabati castille soap. Sabun tersebut kemudian dilarutkan dengan air murni yang mendidih dan didiamkan satu malam hingga menjadi sabun nabati cair. Sabun nabati cair dicampurkan dengan bahan-bahan lain untuk khasiat yang diinginkan sesuai dengan jenis rambut. 3. Proses Pembuatan Produk Pembersih Pasta Gigi Pembuatan pasta gigi secara sederhana hanya mencampurkan bahan-bahan yang dibutuhkan ke dalam satu wadah. Salah satu resep sederhana pembuatan pembersih pasta gigi adalah mencampurkan 4 sendok makan soda kue fungsi absrasi, membersihkan dan menyerap bau, 4 sendok makan minyak kelapa antibakteri dan aroma misalnya minyak peppermint, ke dalam satu buah toples kaca yang memiliki tutup, aduk hingga rata. Tutup rapat toples setelah penggunaan karena bahan soda kue bersifat menyerap bau. 4. Pembuatan Pembersih dari Lerak Buah lerak dapat langsung digunakan dengan cara menggosokkan daging buah lerak yang sudah kering pada permukaan kain batik. Selain digunakan langsung, pembersih dari lerak yang dapat dikemas dengan baik dan menjadi produk wirausaha. Pengolahan 11 Tutup cetakan dengan plastik dan lapisi dengan handuk atau selimut untuk menahan panas, untuk membantu proses saponiikasi. Diamkan selama 24 jam. Sabun sudah siap digunakan karena proses netralisasi sudah terjadi melalui proses pemanasan pada double boiler. 12 Keluarkan sabun dari cetakan. 13 Potong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. 14 Letakkan semua potongan sabun pada alas jeruji. 15 Diamkan selama 4-6 minggu, hingga sabun proses saponiikasi terjadi sempurna netral dan sabun menjadi keras. Diamkan selama beberapa minggu, hingga sabun menjadi keras. 18Membuat Pembersih dari Lerak Bahan - 20 butir lerak kering yang telah dipotong-potong dan dibuang bijinya - 2 liter air - Minyak Atsiri tambahan Alat A. Membuat Larutan Inti1. Siapkan semua bahan, alat, dan tempat kerja. 2. Rebus 20 butir lerak kering yang telah dibuang bijinya di dalam 2 liter air. 3. Biarkan mendidih selama 20 menit dengan api kecil. 4. Matikan kompor. 5. Saring air hasil rebusan dengan kain halus. 6. Masukkan ke dalam wadah. Larutan Inti Lerak dapat bertahan selama 7 hari . B. Larutan Pembersih - setengah liter 500 m larutan inti lerak dicampur dengan 15 liter air, untuk mencuci pakaian. - Campuran larutan inti dengan air, 1 10 ditambahkan dengan 2 tetes minyak atsiri, untuk pembersih perabot. - Larutan inti 50 ml dicampur dengan 1 liter air untuk mengepel lantai. Tugas 2 19D. Cara Merancang Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani 1. Mencari Ide Ide tidak datang begitu saja. Kita harus melakukan beberapa riset atau peneli-tian terkait dengan ketersediaan bahan dan alat, peluang pasar dari produk pembersih bahan nabati dan hewani, serta yang tak kalah penting adalah riset atau percobaan untuk menemukan resep-resep baru dari produk pembersih. Ide perancangan produk pembersih dari bahan nabati dan hewani yang dilaku-kan dapat berupa variasi resep pembuatan pembersih yang sudah ada seperti pembuatan bentuk sabun yang unik, penggunaan warna dan pembuatan motif sabun, penambahan aroma dan lain-lain atau penemuan berdasarkan perco-baan/eksperimen terhadap bahan untuk menemukan resep dan khasiat yang baru. Rancangan modiikasi atau penyempurnaan dari pembuatan produk pem-bersih dengan resep yang sudah ada dapat diawali dengan berlatih menggu-nakan resep tersebut hingga kita memahami potensi pengembangannya. Carilah potensi khas daerah, misalnya potensi tanaman untuk aroma dan warna atau hewan untuk ide bentuk yang dibuat. Pikirkan juga ide pengemasan yang sesuai dengan produk pembersih yang akan dibuat. 2. Percobaan Pada pembuatan produk pembersih, perencanaan produksi tidak dapat dilaku-kan sebelum didapat resep atau rumusan dan teknik yang tepat untuk pengo- lahannya. Perancangan produk pembersih harus dilakukan dengan sabar melalui berbagai percobaan dan eksperimen yang bisa jadi harus dilakukan berulang-ulang hingga mendapatkan resep ramuan pembersih yang tepat. Selalu ingat untuk mencatat setiap eksperimen yang dilakukan, serta menjaga kesehatan dan keselamatan kerja K3. 3. Perencanaan Produksi Rancangan proses pembuatan produk pembersih yang akan dilakukan dimulai dengan pengadaan dan persiapan bahan serta peralatan, langkah-langkah pada proses pembuatan produk pembersih hingga pengemasan. Buatlah perancangan secara mendetail meliputi waktu, sarana, dan proses yang harus dilakukan. 204. Pembuatan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani Pembuatan produk pembersih dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Lakukan setiap tahapan proses dengan hati-hati dan teliti. Kesalahan pada salah satu tahapan akan memengaruhi kualitas produk akhir. Lakukan pula evaluasi pada setiap produk yang dihasilkan untuk memastikan kualitas produk. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk perbaikan proses pembuatan produk pembersih berikutnya. Ingatlah selalu untuk memperhatikan kesela-matan kerja dan kebersihan agar menghasilkan produk pembersih yang higienis, menarik, dan berkualitas. E. Pengemasan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani Fungsi utama kemasan adalah untuk melindungi produk, memberikan informasi, dan memberikan daya jual. Saat ini kemasan tidak hanya dituntut untuk me- menuhi fungsi tersebut, namun kemasan juga harus ramah lingkungan. Kemasan yang ramah lingkungan adalah yang penggunaan bahannya sedikit reduce, berasal dari bahan yang dapat didaur ulang recycle, dapat digunakan ulang reuse, dan sedapat mungkin menggunakan material yang dapat terurai di tanah, seperti kertas atau bahan alami lainnya. Sumber dream-catcher-swirl-soap/ Gambar Motif dan Warna Sabun yang Menarik Sumber Gambar Kemasan Sabun Khas Daerah Pengolahan Sumber 21Bentuk kemasan bergantung pada produk pembersih yang diwadahinya. Pem-bersih yang bentuknya solid seperti sabun batang, dapat dikemas dengan pem-bungkus seperti kertas atau plastik lembaran. Pembersih yang berbentuk bubuk biasanya dikemas dalam kardus atau toples. Pembersih yang berupa cairan dapat dikemas dengan botol kaca, botol plastik maupun pouch. Selain bentuk, kemasan juga dapat dibuat dengan material yang unik, dengan warna dan gambar yang menarik seperti contoh-contoh berikut ini. Sumber Gambar Kemasan karton dengan penataan gambar yang menarik Sumber love-of-packaging-compagnie-de-provence-limited-edition-liquid-soap Gambar Kemasan botol dan karton dengan penataan gambar yang menarik Sumber packaging-design-for-bodyshine-from-the-house-of-mg/ Gambar Kemasan sabun seperti batu alam 22berikut ini. Sumber Gambar Kemasan sabun dari kertas Sumber Gambar Kemasan dari karung bekas Sumber Gambar Kemasan Toples dan Karton untuk Sabun Bubuk 23dan berkualitas. Sumber Gambar Botol sabun unik dengan corong Sumber Gambar Wadah sabun cair dari botol bekas 24berikut ini. Sumber new-soap-old-bottle-detergents-now-come-in-a-h Gambar Penggunaan ulang reuse botol limun untuk produk pembersih Sumber Gambar Desain kemasan siwak, karya leen sadder 25 dan berkualitas. Tugas 3 Membuat Wadah Sabun dari Toples dan Botol Bekas Bahan - Dispenser sabun botol sabun cair bekas - Botol selai - Lem Alat - Gunting - Bor Tahap 1 Lubangi/bor tutup Tahap 2 Potong botol plastik botol selai. bekas pada bagian atas. 26berikut ini. Tahap 3 Rapikan bagian atas botol bekas yang sudah dipotong. Tahap 4 Pastikan bagian atas botol plastik dapat masuk ke lubang yang dibuat pada tutup wadah selai. Tahap 5 Masukkan bagian atas botol plastik ke dalam tutup wadah selai. Tahap 6 Kuatkan dengan lem. 27 dan berkualitas. Tahap 7 Biarkan hingga lem mengeras. Tahap 8 Pasang pompa botol plastik pada bagian atas botol. Tahap 9 Pasangkan tutup wadah selai. Wadah siap untuk digunakan. 28F. Wirausaha di Bidang Pengolahan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani 1. Stimuli dan Motivasi Berwirausaha di Bidang Pengolahan Produk Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani Indonesia memiliki keragaman hewan dan tumbuhan yang dapat diolah menjadi beragam produk, di antaranya produk pembersih. Perhatikan ling- kungan sekitar tempat tinggalmu. Apabila kamu tinggal di wilayah pantai, amati dan pikirkan keragaman bahan nabati dan hewani yang berasal dari laut. Apabila kamu tinggal di pegunungan, amati dan pikirkan beragam bahan nabati dan hewani yang hidup dan tumbuh di sana. Apabila kamu tinggal di padang savana, pikirkan potensi nabati dan hewani apa yang ada di sana. Kekayaan alam Indonesia patut disyukuri dengan menjaga kelestarian dan memanfaatkannya dengan bijak. Kekayaan fauna dan lora Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk melalui teknik-teknik pengolahan. Setiap daerah memiliki sumber daya fauna dan lora yang khas, yang dapat diolah menjadi produk nonpangan, di antaranya produk pembersih. Produk pembersih, terutama produk pembersih alami yang tidak berbahaya bagi lingkungan, saat ini dan di masa datang sangat sesuai dengan makin tingginya kepedulian kita terhadap kelestarian bumi. Produk pembersih alami potensial untuk dijadikan wirausaha karena selain diminati oleh kita sendiri juga diminati oleh orang-orang di daerah lain bahkan negara lain. Pengolahan produk pembersih alami pada umumnya mudah dan sederha-na, serta dapat dikembangkan menjadi wirausaha dengan kreativitas dan ide inovatif. Produk pembersih memiliki fungsi utama untuk melepaskan noda, namun dengan pengolahan dan pembuatan kemasan yang kreatif, dapat memberikan nilai tambah. Wirausaha juga tidak mengenal usia. Jika, ada yang bertanya kapan seseorang sebaiknya memulai wirausaha, maka jawabnya adalah sekarang. 2. Dasar Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Arti kata wira adalah pejuang, utama, gagah, berani, teladan, dan jujur. Arti kata usaha adalah kegiatan yang dilakukan. Pengertian wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun kegiatan untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan serta memasarkannya. Pelaku wirausaha disebut wirausahawan atau entrepreneur. Kegiatan yang bersifat kewirausahaan misalnya 29a Menghasilkan produk baru dengan cara baru pula. b Menemukan peluang pasar baru dengan menghasilkan produk baru pula. c Mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan cara baru. d Mendukung budaya yang mendorong eksperimen yang kreatif. e Mendorong perilaku eksperimen dll. Wirausaha adalah seorang yang mandiri, yaitu orang yang memiliki perusa-haan sebagai sumber penghasilannya. Dengan perkataan lain ia tidak meng-gantungkan diri untuk penghasilannya kepada orang lain. Wirausaha adalah kegiatan yang sangat mulia, karena selain bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya, juga banyak dampak positif lainnya dari aktiitasnya, diantaranya adalah a Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, b Memanfaatkan sumber-sumber bahan baku yang belum digunakan sehingga menjadi bermanfaat bagi masyarakat, c Sumber devisa bagi pemerintah, dan d Secara keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan, seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta mene- rapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan eisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku yang melibatkan keberanian mengambil risiko, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif dan inovatif untuk mewujudkan nilai tambah Overton, 2002. Kreatif berarti menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, misalnya membuat wirausaha pengolahan produk sabun dengan aroma, bentuk dan kemasan yang belum pernah ada sebelumnya. Inovatif berarti memperbaiki, memodiikasi, dan mengembangkan sesuatu yang sudah ada, seperti memberi -kan tambahan aroma baru pada produk pembersih dan membuat kemasan baru yang unik untuk produk pembersih yang sudah ada. Nilai tambah berarti memiliki nilai lebih dari sebelumnya. Nilai tambah suatu produk diperoleh dari inovasi dan kreatiitas dalam mengembangkan produk, dalam hal ini produk pembersih dari bahan nabati dan hewani. 303. Karakter dan Sikap Kewirausahaan Sikap yang harus ada dalam jiwa seorang wirausahawan adalah kreativitas, inisiatif, dan percaya diri. Ciri-ciri seorang wirausahawan adalah a. Percaya diri self confidence Kepercayaan diri adalah sikap yang harus dimiliki wirausahawan. Sikap percaya diri dimiliki bila seseorang mengenali keunggulan maupun kelema-han dirinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai dapat menambah kepercayaan diri seseorang. Seorang wirausahawan, agar memiliki keper-cayaan diri yang tinggi, harus mengenali dirinya serta memiliki pengeta-huan dan keterampilan. Pengalaman dalam berusaha, mengalami keberhasi-lan dan mengatasi kegagakeberhasi-lan juga dapat menambah kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri akan memengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. b. Berorientasi tugas dan hasil Seseorang yang berorientasi pada tugas dan hasil artinya selalu menguta-makan tugas atau pekerjaan untuk memperoleh hasil yang baik. Kerja dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh serta dengan semangat pantang menyerah, sehingga hasil yang dicapai memiliki kualitas/mutu yang baik. c. Keberanian mengambil risiko Usaha kreatif dan inovatif adalah membuat sesuatu yang belum ada sebe- lumnya, untuk itu membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko. Keberanian mengambil risiko harus dilengkapi dengan kemampuan mem-pertimbangkan dan membuat rencana-rencana untuk mengatasi setiap risiko yang akan dihadapi. d. Kepemimpinan Seorang wirausahawan harus memiliki sifat kepemimpinan dan ketela- danan. Wirausahawan dalam harus mengatur pengadaan bahan baku, pengolahan, pengemasan hingga pemasaran, distribusi dan penjualan. Seluruh proses tersebut dapat melibatkan orang lain, sehingga seorang wirausahawan harus mampu memimpin, mengatur dan memberikan contoh keteladanan untuk orang-orang yang bekerja bersamanya. e. Berorientasi ke masa depan Wirausahawan harus memiliki pandangan dan pemikiran ke masa depan, artinya memiliki kemampuan untuk mengenali peluang serta kondisi yang akan muncul di masa depan. Orienstasi ke depan akan menjadi dasar mun-culnya ide kreatif dan inovatif, membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sekarang. 31f. Keorisinalitas Kreativitas dan Inovasi Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain untuk men-ciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Wirausahawan yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri berikut. - Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik - Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya - Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan Syarat untuk menjadi wirausahawan yang berhasil adalah seperti berikut. - Memiliki sikap mental yang positif - Memiliki keahlian di bidangnya - Mempunyai daya pikir yang kreatif - Rajin mencoba hal-hal yang baru inovatif - Memilliki semangat juang yang tinggi motivasi dan komitmen yang tinggi - Mampu mengantisipasi berbagai risiko dan persaingan 4. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha Pengolahan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani Keberhasilan suatu wirausaha ditentukan oleh berbagai faktor, baik dari keterampilan, kemampuan wirausahawan dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah, maupun faktor-faktor lain yang ada di luar dirinya. Untuk memahami faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut, kita akan bela-jar dari pengalaman wirausahawan yang bergerak di bidang pengolahan bahan pembersih dari bahan nabati dan hewani yang terdapat di daerah lingkungan sekitar rumah dan sekolah. Tugas 4 Pengamatan Wirausaha Pengolahan Produk Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani Langkah-langkah yang dilakukan a. Mengumpulkan Data Setiap kelompok melakukan kegiatan penelitian dengan metode observasi pengamatan lapangan, dan wawancara tentang usaha/industri pengolahan produk pembersih. 32membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sekarang. Data tentang produk pembersih yang dihasilkan meliputi sejarah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk. Usaha/industri pengolahan meliputi; sejarah atau motivasi perusahaan/teknisi membuat produk pembersih, jumlah pekerja, sistem/pola kerja, pasar sasaran dari produk pembersih tersebut, keberhasilan dan kegagalan wirausaha produk pembersih yang pernah dialami. Lembar Pengamatan dan Wawancara contoh Nama Industri Jenis Produk Tanggal wawancara dan observasi Sejarah industri Produk Pembersih Bahan utama Bahan pendukung Alat Teknik dan prosedur produksi secara umum Teknik khusus Perusahaan/industri Sejarah atau motivasi perusahaan Jumlah pekerja Sistem/pola kerja Pasar sasaran Keberhasilan Kegagalan Catatan lain 33G. Membuat Produk Pembersih dari Bahan Nabati khas Daerah Proyek 1 Membuat Sabun Alami dengan Proses Dingin cold process Sabun yang kita pakai sehari-hari mengandung bahan kimia buatan. Kita juga dapat membuat sabun alami dengan bahan nabati. Kita dapat membuat sabun alami sendiri dan membentuknya sesuai dengan keinginan. Pada tugas ini kita akan membuat sabun dari bahan-bahan nabati. Sabun yang kita buat nanti dapat kita kemas sesuai dengan keinginan dan ide kreatif masing-masing. Ingatlah untuk menggunakan alat kesehatan dan keselamatan kerja K3 sebelum proses pembuatan dimulai. Bahan-Bahan - 74 gr NaOH - 210 g Air murni - 235 gr Minyak zaitun - 150 gr Minyak kelapa - 100 gr Minyak sawit - 10 cc Esens pewangi sesuai selera Alat - Cetakan plastik, silikon atau karton bekas kemasan tanpa lapisan logam - Pemotong sabun - Batang pengaduk untuk NaOH + air murni - Sendok kayu untuk mengaduk larutan NaOH alkalin + minyak - Wadah untuk setiap bahan yang akan ditimbang - Gelas ukur berbahan plastik untuk melarutkan NaOH - Alas potong - Alas berjeruji b. Membuat laporan hasil pengamatan Buatlah laporan dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilaku-kan. Laporan ditulis dengan rapi, boleh dilengkapi dengan skema dan gambar. Pada bagian akhir, tuliskan kesan dan pendapatmu tentang produk pembersih ataupun perusahaan/industri produk pembersih tersebut. Buatlah laporan seteliti dan semenarik mungkin. 34o - Plastik wrap - Handuk atau selimut bekas - Termometer - Mixer - Panci stainless steel - Panci yang lebih besar untuk double boilling - Timbangan timbangan digital lebih baik agar menghasilkan pengukuran yang tepat - Kompor Cara Membuat a. Masukan 74 gr NaOH ke dalam 210 g air murni, sedikit demi sedikit. Aduk hingga tercampur rata. Sisihkan. b. Campurkan 235 gr minyak zaitun, 150 gr minyak kelapa dan 100 gr minyak sawit pada wadah stainless steel, aduk hingga rata. Gunaka sendok kayu untuk mengaduk. c. Ukur suhu cairan alkalin campuran NaOH dan air murni. d. Samakan suhu cairan alkali dan campuran minyak, dengan memanaskan minyak misalnya cairan alkali bersuhu 60 C, minyak harus memiliki suhu antara 51-68 oC. e. Masukkan larutan alkalin ke dalam minyak, lalu aduk dengan menggunakan mixer kecepatan rendah dapat pula dengan pengocok telur hingga tercampur rata. f. Aduk dengan mixer selama 10-15 menit. g. Masukkan esens pewangi sebagian pewangi akan menguap pada suhu di atas 60 oC. h. Aduk rata. i. Tuangkan pada cetakan. j. Tutup cetakan dengan plastik dan lapisi dengan handuk atau selimut untuk menahan panas, untuk membantu proses saponiikasi. Diamkan selama 24 jam. k. Keluarkan sabun dari cetakan. l. Potong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. m. Letakkan semua potongan sabun pada alas jeruji. n. Diamkan selama 4-6 minggu, hingga sabun proses saponiikasi terjadi sempurna netral dan sabun menjadi keras. o. Sabun siap dikemas. 35Proyek 2 Membuat Rancangan Kemasan Produk Pembersih Kalian boleh membuat kemasan untuk produk pembersih yang dibuat pada Proyek 1 atau produk pembersih lain yang ada di sekitarmu. Kegiatan 1. Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati Catatan pengamatan contoh Kegiatan 2. Pengembangan Kemasan Produk Pembersih 1. Pikirkan material alami daun, serat, pelepah dll. atau buatan botol kaca, botol plastik, toples dll. yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar. 2. Ambil beberapa jenis material. 3. Buatlah kemasan yang sesuai dengan produk pembersih yang ada, sesuai dengan idemu. Ingat prinsip-prinsip desain kemasan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Bahan - Kertas gambar - Bahan/material - Bahan perekat Alat - Pensil - Penggaris/meteran - Alat potong bahan Produk Pembersih 36Kegiatan 3. Membuat Presentasi dan Evaluasi Setiap individu membuat presentasi tentang Desain Kemasan Produk Pembersih yang sudah dibuat. Siswa-siswa lain dan guru memberikan apresiasi untuk produk yang dihasilkan. Siswa-siswa lain dan guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui lebih jauh proses pembuatan dan hal-hal lain yang terkait dengan desain kemasan yang dihasilkan. Siswa-siswa dan guru juga boleh memberikan masukan dan saran untuk pengembangan produk kemasan tersebut.
Polamakan vegan adalah salah satu jenis pola makan vegetarian., benar-benar bebas dari produk hewani, seperti telur, madu dan produk susu. Beberapa vegan memilih diet karena alasan kesehatan , tapi banyak yang makan makanan nabati karena alasan etis, seperti menghindari kekejaman terhadap hewan. Manfaat Kesehatan dari Pola Makan Vegan Pola makan vegan sepenuhnya didasarkan pada pola makan
Protein adalah nutrisi penting bagi tubuh manusia yang pada dasarnya memiliki beragam manfaat bagi tubuh, termasuk kegunaan protein ini sebagai sumber bahan bakar yang menyediakan kepadatan energi sebanyak karbohidrat 4 kkal 17 kJ per gram, sebaliknya, lipid menghasilkan 9 kkal 37 kJ per gram. Aspek terpenting dan ciri khas protein dari sudut pandang gizi adalah komposisi asam amino. Selama pencernaan manusia, protein dipecah dalam lambung menjadi rantai polipeptida yang lebih kecil melalui asam klorida dan aksi protease. Langkah ini penting untuk dipahami sebagai penyerapan asam amino esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh karena itulah protein bisa diperoleh dari tumbuh-tumbuahan yang dinamakan protein nabati. Contohnya saja seperti tempe, tahu, kacan-kacangan. Bisa juga diperoleh dari hewan yang dinamakan protein hewani, misalnya telur, daging ayam, dan susu. Protein adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Selain dari air, protein juga menjadi jenis molekul yang paling berlimpah dalam tubuh, sehingga protein dapat ditemukan di semua sel tubuh dan merupakan komponen struktural utama dari semua sel dalam tubuh, terutama otot. Penjelasan ini juga mengidentifikasi berbagai organ tubuh termasuk rambut dan kulit. Oleh kareanya protein juga digunakan dalam membran, seperti glikoprotein. Ketika dipecah menjadi asam amino, mereka digunakan sebagai prekursor untuk asam nukleat, ko-enzim, hormon, respon imun, perbaikan sel, dan molekul lain yang penting untuk kehidupan. Selain itu, protein diperlukan untuk membentuk sel darah. Protein Nabati dan Hewani Protein nabati dan dan protein hewani adalah makronutrien yang penting untuk membangun massa otot. Kandungan protein ini umumnya ditemukan dalam produk hewani, meskipun juga ada di sumber lain, seperti kacang-kacangan yang disebut dengan protein nabati. Disisi lain berbagai jenis protein nabati dan hewani adalah rantai polimer yang terbuat dari asam amino yang dihubungkan bersama oleh ikatan peptida. Ada sembilan asam amino esensial yang harus diperoleh manusia dari makanannya untuk mencegah malnutrisi protein energi dan mengakibatkan kematian. Setidaknya, adalah sembilan asam amino tersebut antara lain fenilalanin, valin, treonin, triptofan, metionin, leusin, isoleusin, lisin, dan histidin. Ada perdebatan mengenai apakah ada 8 atau 9 asam amino esensial. Konsensus tampaknya condong ke arah 9 karena histidin tidak disintesis pada orang dewasa. Ada lima asam amino yang dapat disintesis manusia dalam tubuh, yaitu; Alanin Asam aspartat Asparagin Asam glutamat Serin Ada enam asam amino esensial bersyarat yang sintesisnya dapat dibatasi di bawah kondisi patofisiologis khusus, seperti prematuritas pada bayi atau individu-individu dalam tekanan katabolik yang parah. Keenamnya adalah arginin, sistein, glisin, glutamin, prolin, dan tirosin. Contoh Protein Nabati Berikut ini contoh-contoh makanan yang mengandung protein nabati, antara lain sebagai berikut; Tahu, Tempe, dan Edamame Produk kedelai seperti tahu, tempe, dan edamame adalah salah satu sumber protein terkaya dalam makanan nabati. Kandungan protein tersebut bervariasi sesuai dengan bagaimana kedelai disajikan, misalnya Tahu dadih kedelai mengandung sekitar 10 g protein per ½ gelas; Kacang edamame kedelai belum matang mengandung 8,5 g protein per ½ gelas; Tempe mengandung sekitar 15 g protein per ½ gelas. Orang bisa mencoba tahu, sebagai pengganti daging, dalam sandwich atau sup. Tahu juga merupakan pengganti daging yang populer di beberapa hidangan, seperti ayam kung pao dan ayam asam manis. Produk kedelai ini juga mengandung kadar kalsium dan zat besi yang baik, yang membuatnya menjadi pengganti yang sehat untuk produk susu. Lentil Lentil merah atau hijau mengandung banyak protein, serat, dan nutrisi penting, termasuk zat besi dan kalium. Lentil yang dimasak mengandung 8,84 g protein per ½ gelas. Lentil bisa dikatakan sebagai salah satu sumber protein yang bagus untuk menambah rutinitas makan siang atau makan malam, apalagi jikalau komposisi makanan ini dapat ditambahkan ke semur, kari, salad, atau nasi untuk memberikan porsi protein tambahan. Buncis Kacang buncis yang dimasak mengandung protein tinggi, mengandung sekitar 7,25 g per ½ gelas. Buncis dapat dimakan panas atau dingin, dan sangat fleksibel dengan banyak resep. Buncis dapat, misalnya, ditambahkan ke semur dan kari, atau dibumbui dengan paprika dan dipanggang dalam oven. Kacang tanah Kacang kaya protein, penuh lemak sehat, dan dapat meningkatkan kesehatan jantung. Kandungan protein dalam sekitar 20,5 g protein per ½ gelas. Selai kacang juga kaya protein, dengan 8 g per sendok makan, membuat sandwich selai kacang menjadi camilan protein lengkap yang menyehatkan. Almond Almond setidaknya menawarkan kandungan 16,5 g protein per ½ gelas. Selain itu juga mengandung vitamin E dalam jumlah yang baik, yang sangat bagus untuk kulit dan mata. Spirulina Spirulina adalah ganggang biru atau hijau yang mengandung sekitar 8 g protein per 2 sendok makan. Ini juga kaya akan nutrisi, seperti zat besi, vitamin B meskipun tidak vitamin B-12 dan mangan. Spirulina tersebut bisa sebagai bubuk atau suplemen yang bisa ditambahkan ke air, smoothie, atau jus buah. Seseorang juga dapat menaburkannya di atas salad atau makanan ringan untuk meningkatkan kandungan proteinnya. Quinoa Quinoa adalah biji-bijian dengan kandungan protein tinggi, dan merupakan protein yang lengkap. Quinoa yang dimasak mengandung 8 g protein per cangkir. Biji-bijian ini juga kaya akan nutrisi lain, termasuk magnesium, zat besi, serat, dan mangan. Biji-bijian juga sangat serbaguna. Quinoa dapat mengisi pasta dan sup. Dapat ditaburkan di salad atau dimakan sebagai hidangan utama. Biji chia Biji chia adalah sumber protein lengkap yang dapat digunakan untuk membuat smoothie, yogurt, dan puding. Biji chia adalah makanan rendah kalori yang kaya serat dan asam lemak Omega-3 yang menyehatkan jantung. Biji chia adalah sumber protein lengkap yang mengandung 2 g protein per sendok makan. Biji rami Sama halnya dengan biji chia, biji rami adalah sumber protein yang lengkap. Biji rami menawarkan 5 g protein per sendok makan. Mereka dapat digunakan dengan cara yang mirip dengan biji chia. Biji Labu Biji labu, atau pepitas, adalah biji yang kaya protein. 1 ons biji labu mengandung 9 g protein. Biji labu juga mengandung zink, yang mendukung sistem kekebalan tubuh, dan magnesium, mineral yang membantu menjaga kesehatan jantung. Kentang Kentang panggang yang besar menawarkan 8 g protein per sajian. Kentang juga kaya akan nutrisi lain, seperti kalium dan vitamin C. Sayuran kaya protein Banyak sayuran dan sayuran berwarna hijau tua mengandung protein. Jika dimakan secara sendiri tanpa tambahan makanan lainnya, makanan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan protein harian, tetapi beberapa makanan ringan nabati dapat meningkatkan asupan protein, terutama bila dikombinasikan dengan makanan kaya protein lainnya. Misalnya satu tangkai brokoli sedang mengandung sekitar 4 g protein; kale menawarkan 2 g protein per cangkir; 5 jamur berukuran sedang menawarkan 3 g protein. Seitan Seitan adalah protein lengkap yang terbuat dari campuran gluten gandum dengan berbagai rempah. Kandungan gandum tinggi berarti bahwa itu harus dihindari oleh orang-orang dengan intoleransi celiac atau gluten. Bagi yang lain, itu bisa menjadi pengganti daging sehat kaya protein. Ketika dimasak dalam kecap, yang kaya akan asam amino lisin, seitan menjadi sumber protein lengkap yang menawarkan 21 g per 1/3 cangkir. Roti dari biji-bijian Sebagian besar dari kita tidak menganggap roti sebagai sumber protein, tetapi sebenarnya memiliki beberapa. Beberapa roti gandum memiliki 3 hingga 5 gram per irisan – dan membuat roti lapis dengan roti gandum kita akan mendapatkan 8 gram protein dan itu tidak termasuk salah satu isian di dalamnya. Contoh Protein Hewani Berikut ini contoh-contoh makanan yang mengandung protein hewani, antara lain Telur Jikalau ada pertanyaan telur termasuk hewani atau nabati?, maka jawabannya sumber protein lengkap, meski lebih condong pada protein hewani. Dimana dalam satu paket kecil 70 kalori, kita bisa mendapatkan 6 gram protein serta nutrisi penting, seperti kolin dan antioksidan pelindung mata misalnya lutein dan zeaxanthin. Ikan Segar Ikan adalah makanan yang tinggi protein. Beberapa jenis ikan, seperti gindara mempunyai kadar lemak yang sangat rendah. Ikan lainnya seperti salmon dan tuna mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi, yaitu lemak baik seperti Omega 3. Udang Udang memiliki kandungan kalsium dan protein yang tinggi, dan termasuk dalam kategori sumber protein hewani. Kadar asam amino yang ada didalam udang menyebabkan nilai protein pada udang dikategorikan complete protein. Susu Murni Jumlah protein dalam susu murni memang tak terlalu besar, tapi kualitas protein yang disediakan bagi tubuh sangat menakjubkan. Protein dalam susu mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Ikan Teri Jenis ikan yang satu ini ternyata kaya akan protein. Meskipun ukurannya kecil, ternyata kandungan proteinnya mencapai 10%. Selain protein, kamu juga bisa mendapatkan kalsium dari konsumsi ikan teri. Keju Keju adalah produk susu yang memiliki ratusan tekstur dan rasa yang berbeda. Nutrisi dan rasa keju tergantung pada bagaimana itu diproduksi dan susu apa yang digunakan. Beberapa orang khawatir bahwa keju tinggi lemak, natrium, dan kalori. Namun, keju juga merupakan sumber protein, kalsium, dan beberapa nutrisi lainnya. Misalnya keju Mozzarella dengan berat 1 ons 28 gram mengandung 6 gram protin; keju cottage adalah keju putih lembut yang terbuat dari dadih susu sapi mengandung jauh lebih tinggi protein daripada keju lainnya. Dalam 1/2-cangkir 110 gram keju cottage mengandung 12 g protein. Perbedaan Protein Nabati dan Hewani Selain itu, setidaknya perlu diketahui berbagai perbedaan antara protein hewani dan protein nabati yang hakekatnya terletak pada kandungan. Penjelasannya; Asam amino Bahan penyusun protein adalah asam amino. Secara total, ada 20 jenis asam amino yang digunakan tubuh manusia untuk membangun protein. Kebanyakan orang berpikir protein yang kita makan digunakan untuk membuat otot kita, tetapi asam amino penting untuk setiap sel dalam tubuh kita. Asam amino diklasifikasikan sebagai esensial atau tidak esensial. Tubuh kita tidak dapat membuat asam amino esensial, yang berarti mereka ā€œesensialā€ untuk kita konsumsi dalam makanan kita. Asam amino non-esensial, di sisi lain, dapat dibuat oleh tubuh kita, sehingga mereka tidak esensial untuk kita dapatkan dari makanan kita. Kualitas protein ā€œKualitas proteinā€ adalah ukuran komposisi asam amino dari suatu protein misalnya seberapa baik memenuhi kebutuhan asam amino tubuh kita, serta kecernaan. Untuk kesehatan yang optimal, tubuh kita membutuhkan semua asam amino esensial dalam rasio yang tepat, mirip dengan cara rumah membutuhkan semua bahan baku yang tepat dalam proporsi yang tepat ketika sedang dibangun. Sumber protein hewani, seperti daging, ikan, unggas, telur, dan susu, dianggap sebagai sumber protein ā€œlengkapā€ karena itu biasanya mengandung semua asam amino esensial dalam proporsi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Di sisi lain, protein nabati, seperti sereal, kacang-kacangan, dan kacang-kacangan, lebih rendah dalam asam amino esensial tertentu. Itu umumnya rendah metionin misalnya kacang-kacangan dan biji-bijian, lisin misalnya biji-bijian seperti gandum, atau triptofan misalnya Jagung, dan lebih tinggi dalam asam amino non-esensial arginin, glisin, alanin dan serin. Protein nabati juga biasanya lebih sulit dicerna daripada protein hewani. Serat dan komponen lain dalam tanaman mempersulit enzim pencernaan untuk memecah protein untuk diserap di saluran pencernaan kita. Kabar baiknya adalah bahwa sifat yang sama dari tanaman ini dapat bermanfaat ketika menyangkut hal-hal seperti kesehatan jantung atau manajemen gula darah, karena membatasi penyerapan karbohidrat atau kolesterol. Pemrosesan melalui perendaman, memasak, konsentrasi, atau isolasi juga dapat membuat protein nabati lebih mudah dicerna. Keterangan ini dianggap sebagai sumber protein lengkap karena mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi secara efektif. Sebaliknya, sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan, lentil dan biji-bijian dianggap tidak lengkap, karena mereka kekurangan satu atau lebih asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh kita. Beberapa sumber melaporkan protein kedelai sebagai lengkap. Namun, dua asam amino esensial hanya ditemukan dalam jumlah kecil dalam kedelai, sehingga tidak sebanding dengan protein hewani. Makanan yang mengandung protein hewani, cenderung mengandung nutrisi lainnya pula dalam jumlah yang tinggi, yang sering kurang dalam makanan nabati. Nutrisi tersebut termasuk Vitamin B12 Vitamin B12 terutama ditemukan dalam ikan, daging, unggas dan produk susu. Banyak orang yang menghindari makanan hewani kekurangan. Vitamin D Vitamin D ditemukan dalam ikan berminyak, telur, dan susu. Beberapa tanaman mengandungnya, tetapi jenis yang ditemukan dalam makanan hewani lebih baik digunakan oleh tubuh kita. DHA Asam Docosahexaenoic DHA adalah lemak omega-3 esensial yang ditemukan pada ikan berlemak. Ini penting untuk kesehatan otak dan sulit didapat dari sumber nabati. Zat besi heme Heme-Iron bentuk zat besi yang hanya ditemukan dalam darah dan jaringan otot Zat besi heme sebagian besar ditemukan dalam daging, terutama daging merah. Ini jauh lebih baik diserap dalam tubuh daripada zat besi non-heme dari makanan nabati. Seng Seng terutama ditemukan dalam sumber protein hewani, seperti daging sapi, babi dan domba. Ini juga lebih mudah diserap dan digunakan dari sumber protein hewani. Kesimpulan Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa protein adalah zat yang sangat kompleks yang ada di semua organisme hidup. Protein memiliki nilai gizi yang sangat baik dan terlibat langsung dalam proses kimia yang penting bagi kehidupan. Disisi lain, pentingnya protein diakui oleh para ahli kimia di awal abad ke-19, termasuk ahli kimia Swedia Jƶns Jacob Berzelius, yang pada tahun 1838 menciptakan istilah protein, sebuah kata yang berasal dari kata-kata Yunani, yang berarti ā€œmemegang tempat pertama.ā€ Nah, itulah tadi serangkain penjelasan serta pengulasan secara lengkap yang bisa kami berikan kepada segenap pmebaca terkait dengan beragam contoh-contoh protein nabati dan hewani beserta dengan penjelasannya. Semoga melalui artikel ini memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi segenap pembaca sekalian. Trimakasih. ProdukPembersih Yang Terbuat Dari Bahan Yg Terbuat Dari Nabati Dan Hewani posted: 25 July 2022 4.23 - Berikut ini beberapa yang terbuat dari bahan yg terbuat dari nabati dan hewani dan informasi yang membahas mengenai produk pembersih serta artikel lain yang berhubungan dengan topik tersebut di manfaat.org
Pengolahan dan pengawetan pangan telah dimulai dari zaman prasejarah saat manusia memproses bahan mentah menjadi berbagai jenis masakan dengan cara pemanggangan di atas api, pengasapan, perebusan, fermentasi, pengeringan dengan matahari dan penggaraman. Nicolas Appert berhasil mengembangkan proses pembotolan vakum untuk keperluan pasukan di tentara Perancis. Teknik ini dikembangkan lebih lanjut men- jadi teknologi pengalengan pangan oleh Peter Durand pada tahun 1810. Pada abad ke-19, teknologi pengolahan pangan modern sebagian besar masih dikem- bangkan untuk melayani kebutuhan militer. Pada awal abad ke-20 terjadi perubahan kebiasaan makan dan tuntutan konsumen di negara maju. Hal ini mendorong pengembangan teknologi pengolah- an dan pengawetan pangan yang ditandai dengan makin dikenalnya teknologi pengeringan semprot spray dryer dan drum dryer untuk menghasilkan produk seperti susu bubuk, makanan bayi, teknik evaporasi menghasilkan jus konsentrat, sterilisasi dengan teknik ultra hight temperature menghasilkan berbagai produk dalam kemasan tetrapack susu, sari buah. Di akhir abad 20 dan awal abad 21 teknologi pengolahan dan pengawetan telah menghasilkan berbagai produk seperti sup kering instan, keripik buah, freeze dried fruits, nasi instan, mie instan dan masih banyak produk lainnya. 1. Manfaat Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Mutu bahan pangan terbaik adalah sesaat setelah pemanenan atau pemo- tongan. Kondisi tersebut tidak berlangsung lama, bergantung pada derajat kematangan waktu pemanenan. Beberapa bahan pangan dapat menurun mutunya dalam satu atau dua hari, atau dalam beberapa jam setelah pema- nenan atau pemotongan. Bahan hasil pertanian, peternakan atau perikanan tersebut akan terus mengalami kerusakan sehingga terjadi penurunan mutu. Setiap produk makanan atau minuman mempunyai masa keawetan yang P ini bergantung pada jenis bahan pangan, dapat berlangsung secara lambat misalnya pada biji-bijian atau kacang-kacangan atau dapat berlangsung secara sangat cepat misalnya pada susu, ikan dan daging. Sayuran yang dihasilkan oleh petani, jika tidak dilakukan pengolahan, sayuran tersebut hanya bisa awet beberapa hari saja, bahkan seperti bayam atau kangkung hanya bisa disimpan 1-2 hari saja. Bahan pangan umumnya tersusun atas air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat dan mineral. Kerusakan-kerusakan yang terjadi dapat berupa terhadap mutu bahan atau produk dan keamanan pangan. Untuk menjaga kualitas bahan pangan dan produknya, bahan pangan tersebut perlu dilakukan pengolahan dan pengawetan. Proses pengawetan adalah suatu cara untuk menjadikan hasil peternakan dan pertanian yang awalnya bersifat mudah rusak menjadi produk makanan atau minuman pangan yang lebih awet dengan sebisa mungkin tetap mem- tujuan utamanya adalah untuk memperpanjang masa simpan. Dengan kema- juan ilmu dan teknologi pangan, berbagai jenis makanan dapat dibuat lebih awet, lebih menarik penampilannya, lebih enak serta lebih praktis bagi konsumen, dan yang terutama lebih aman untuk dimakan. Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut. a Pertumbuhan dan aktivitas mikroba, yaitu bakteri, khamir, dan kapang, b Aktivitas enzim-enzim di dalam bahan pangan, c Serangga, parasit dan tikus, d Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan, dan e Kadar air, udara terutama oksigen; sinar dan jangka waktu penyimpanan. Mikroba penyebab kebusukan pangan dapat ditemukan di mana saja baik di tanah, air, udara, di atas kulit atau bulu ternak dan di dalam usus. Beberapa mikroba juga ditemukan di atas permukaan kulit buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Bakteri, khamir dan kapang dapat tumbuh dengan baik pada keadaan yang hangat dan lembab. Beberapa bakteri mem- punyai kisaran suhu pertumbuhan antara 44 – 55 C yang disebut bakteri antara 20-45 suhu pertumbuhan di bawah 20 kebanyakan bakteri dapat mempertahankan diri pada suhu air mendidih, dan pada suhu yang lebih rendah spora akan bergerminasi dan berkembang biak. Beberapa bakteri dan semua kapang yang membutuhkan oksigen untuk tumbuh, disebut bakteri aerobik. Bakteri yang lain malahan tidak dapat tumbuh bila ada oksigen, bakteri demikian disebut bakteri anaerobic. P Enzim yang ada pada bahan pangan dapat berasal dari mikroba atau memang sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang dapat menga- kibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi bahan. Aktivitas enzim ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Hewan seperti serangga, parasit dan tikus juga dapat menyebabkan keru- sakan pada bahan makanan. Serangga terutama dapat merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan umbi-umbian. Yang menjadi masalah bukan hanya jumlah bahan pangan yang dimakan oleh serangga tersebut, tetapi serangga tersebut akan melukai permukaan bahan pangan sehingga dapat menyebabkan kontaminasi oleh bakteri, khamir, dan kapang. Parasit yang banyak ditemukan misalnya di dalam daging babi adalah cacing pita Trichinella spiralis. Cacing pita tersebut masuk ke dalam tubuh babi melalui sisa-sisa makanan yang mereka makan. Daging babi yang tidak dimasak dapat menjadi sumber kontaminasi bagi manusia. Cacing-cacing dalam bahan pangan mungkin dapat dimatikan dengan pembekuan. Tikus merupakan persoalan yang pent- ing di Indonesia, khususnya merupakan ancaman yang berbahaya baik terha- dap hasil biji-bijian sebelum dipanen maupun terhadap bahan yang disimpan di dalam gudang. Tikus bukan hanya merugikan karena makan bahan, tetapi juga karena kotorannya, rambutnya atau air kencingnya dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Keawetan bahan makanan juga dipengaruhi oleh kadar air, udara terutama oksigen, sinar, dan jangka waktu penyimpanan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa makin rendah kadar air, pangan makin awet. Oksigen udara selain dapat merusak vitamin terutama vitamin A dan C, warna bahan pangan, cita rasa dan zat kandungan lain, juga penting untuk pertumbuhan kapang. Pada umumnya kapang bersifat aerobic, oleh karena itu sering ditemukan tumbuh di atas P engolahan Enzim Proses Pengawetan dan Pengolahan Manfaat/Kerugian Pektinase Pengolahan sari buah Menjernihkan sari buah Protease papain dan bromelin Pengolahan daging Mengempukkan daging Alfa-Amilase Pengulahan gula cair Memecah pati menjadi glukosa Poliphenol Oksidase Pengolahan Apel Munculnya warna cokelat waktu pengupasan apel Lipoksigenase Pengolahan susu kedelai Munculnya bau langu pada susu kedelai Khlorofil oksidase Pengeringan sayuran Perubahan warna pada saat pengeringan dan penyimpanan cara mengisap udara keluar dari wadah secara vakum. Sinar atau cahaya dapat merusak beberapa vitamin terutama riboflavin, vitamin A dan vitamin C, juga dapat merusak warna pangan. Sebagai contoh misalnya susu yang disimpan dalam botol yang tembus sinar, cita rasanya dapat berubah karena terjadinya oksidasi lemak dan perubahan protein yang prosesnya dibantu oleh katalisator sinar. P engolahan Tugas 1 Kerusakan Pangan tanpa Pengawetan Siswa akan melakukan pengamatan terhadap kerusakan yang akan terjadi pada beberapa bahan pangan yang dibiarkan tanpa upaya pengawetan. Tujuan Siswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan pangan Alat 1. Wadah - Dua 2 buah untuk singkong dan tapioka - Enam 6 buah untuk tahu - Enam 6 buah untuk roti - Dua 2 buah untuk apel 2. Pisau 3. Kulkas Bahan - Satu potong singkong segar + 10 cm panjang, sudah dikupas - Lima 5 sendok makan tapioka - Enam 6 potong tahu - Enam 6 potong roti tawar - Dua 2 buah apel Langkah Kerja A. Pengamatan Singkong dan Tapioka 1. Siapkan singkong dan tapioka. 2. Letakkan singkong dan tapioka pada dua wadah yang terpisah. 3. Amati setiap hari selama 4 hari dan catat/rekam kerusakan apa yang terjadi baik dalam tulisan maupun gambar. _ `jumlahnya P engolahan B. Pengamatan Tahu 1. Siapkan tahu dan wadah 2. Letakkan setiap potong tahu pada 6 wadah yang terpisah. 3. Simpan tiga wadah di suhu ruang dan tiga wadah lagi di lemari pendingin suhu 2- 8 0C. 4. Amati setiap hari selama 4 hari dan catat/rekam kerusakan apa yang terjadi baik dalam tulisan maupun gambar. C. Pengamatan Roti Tawar 1. Siapkan roti tawar dan wadah 2. Letakkan setiap potong roti tawar pada 6 wadah yang terpisah. 3. Simpan tiga wadah di suhu ruang dan tiga wadah lagi di lemari pendi- ngin suhu 2- 8 0C. 4. Amati setiap hari selama 7 hari dan catat/rekam kerusakan apa yang terjadi baik. D. Pengamatan Apel 1. Siapkan apel dan wadah. 2. Kupas 2 buah apel. 3. Letakkan buah apel yang sudah dikupas pada dua wadah yang terpisah. 4. Simpan satu wadah di suhu ruang dan satu wadah lagi di lemari pendi- ngin suhu 2- 8 0C. 5. Amati setiap hari selama 5 hari dan catat/rekam kerusakan apa yang terjadi baik dalam bentuk tulisan maupun gambar. Tuliskan dan /atau gambarkan hasil pengamatan dalam Lembar Kerja Siswa secara rapi.
ProdukPengolahan Kosmetik dari Bahan Nabati dan Hewani - Halo sobat, pada kesempatan kali ini kita akan membahas pelajaran prakarya mengenai "Produk Pengolahan Kosmetik dari Bahan Nabati dan Hewani". Indonesia ternyata kaya sumber daya alam nabati. Tidak hanya sumber pangan dan obat-obatan yang bisa digali dan dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa, namun juga terdapat beragam jenis tanaman

- Apa kabar Bapak, Ibu Guru, dan peserta didik? Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan contoh soal kewirausahaan pengolahan makanan awetan nabati dilengkapi dengan kunci jawaban terbaru dalam mata pelajaran Seni Budaya kelas X revisi Kurikulum 2013. Sekiranya, contoh soal yang admin bagikan kali ini dapat membantu Bapak, Ibu Guru, dan peserta didik dalam mencari referensi seputar contoh soal kewirausahaan pengolahan makanan awetan nabati dilengkapi dengan kunci jawaban terbaru dalam mata pelajaran Seni Budaya kelas X Apakah maksud pengawetan makanan ....A. mengeringkan makanan supaya mudah menyimpan di dalam mengawetkan makanan supaya tahan lebih mengasapkan menyimpan di dalam kulkas2. Biaya Tenaga produksi disebut sebagai ....A. GajiB. TunjanganC. ModalD. MesinE. Biaya tetap3. Tujuan utama dari pengawetan pangan adalah ....A. Meningkatkan mutuB. Membuat produk baruC. Meningkatkan harga jualD. Memperpanjang masa simpanE. Memperbaiki penampilan produk4. Berikut tujuan pengawetan bahan makanan, kecuali ....A. memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggiB. memperpanjang umur simpan fisik dan kimia bahan makananC. mencegah pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substratD. mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobaE. mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi autolisis bahan makanan5. Seperti yang kita ketahui pengolahan ada pengolahan makanan awetan dan bahan nabati, jadi apa yang dimaksud dengan pengolahan ....A. pengolahan adalah sebuah proses mengusahakan atau mengerjakan sesuatu menjadi lebih sempurnaB. pengolahan adalah cara untuk memasak makanan menjadi enakC. pengolahan adalah sebuah proses memasakD. pengolahan adalah metode dalam mengolah makananE. merupakan cara untuk mengolah atau memasak makanan6. Pengeringan alami dengan sinar matahari atau dengan oven atau dengan pengasapan termasuk proses pengawetan ....A. Pengawetan Suhu TinggiB. Pengawetan Suhu RendahC. Pengawetan IradiasiD. Pengawetan TerminasiE. Pengawetan Kimia7. Terdapat banyak jenis makanan di Indonesia, salah satunya makanan khas daerah. Apa yang dimaksud dengan makanan khas daerah adalah ....A. Makanan yang umumnya berasal dari sayuranB. Makanan yang diolah di suatu daerahC. Makanan yang biasa dikonsumsi di suatu daerahD. Makanan yang berasal dari daerahE. Makanan yang berasal dari buah-buahan8. Proses yang dilakukan agar produk dapat bertahan lebih lama ....A. PengemasanB. PengembanganC. PengolahanD. PengawetanE. Pengeringan9. Seperti yang sudah diketahui terdapat banyak makanan khas daerah di Indonesia. Di bawah ini adalah makanan khas daerah Jawa Barat, kecuali ....A. ComroB. ColenakC. KaredokD. GudegE. Pepes Ikan10. Pengawetan makanan pada hakekatnya merupakan suatu tindakan atau usaha yang dilakukan agar bahan makanan menjadi ....A. Segar dan BergiziB. Lezat dan enakC. Awet dan tahan lamaD. Kering dan renyahE. Basah dan legit11. Bahan makanan dibedakan menjadi 2 yaitu, nabati dan non nabati. Bahan makanan yang berasal dari nabati adalah ....A. Sayuran dan buah-buahanB. IkanC. DagingD. TelurE. Ayam12. Manakah yang bukan sifat seorang wirausahawan di bawah ini ....A. Percaya DiriB. Berani mengambil risikoC. KepemimpinanD. Keorisinalitas / KeaslianE. Pesimis13. Kemasan digunakan untuk melindungi produk,memberikan nilai estetika dan menambah nila jual produk. Bahan kemasan untuk makanan khas daerah pada umumnya ....A. Daun pisangB. KartonC. Alumunium foilD. PlastikE. Kertas Minyak14. Berikut ini yang bukan merupakan contoh dari biaya tidak tetap adalah ....A. Biaya bahan bakuB. Biaya sewa gedungC. Biaya tenaga kerja langsung dalam bentuk upahD. Biaya pengemasan produkE. Biaya pengiriman barang15. Berikut beberapa contoh makanan khas daerah berbahan hewani yaitu ....A. Rendang, Ayam betutu, telur baladoB. Rendang, ayam betutu, mociC. Rendang, telur balado, lemperD. Telur balado, ayam betutu, ketoprakE. Ayam betutu , pepes ikan, koci16. Apa alasannya wirausaha banyak membuat makanan awetan dari bahan nabati ....A. Teknologi pengolahan susah dipelajariB. Produknya sangat bervariasiC. Murahnya nilai jual makanan awetan dari nabatiD. Bahan baku susah didapatE. Pilihan kemasan hanya sedikit17. Contoh makanan khas daerah yang mengandung karbohidrat adalah ....A. Nasi Tutug OncomB. Nasi BakarC. Getuk SingkongD. Talam ubiE. Pepes ikan18. Berikut pernyataan tentang tujuan pengolahan makanan awetan dari bahan hewani yang paling tepat adalah ....A. Biaya produksi untuk mengolah makanan awetan rendahB. Olahan awetan hewani dapat memperpendek masa simpanC. Daya beli masyarakat terhadap makanan awetan lebih tinggiD. Pengolahan makanan awetan dapat meningkatkan nilai ekonomisE. Pengolahan makanan awetan dapat dilakukan dengan proses pembakaran19. Rendang merupakan salah satu makanan khas daerah. Bahan utama Rendang adalah ....A. Ikan patinB. AyamC. TelurD. Daging sapiE. Ikan lele20. Kreativitas dibutuhkan dalam pengembangan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati untuk tujuan beberapa hal berikut, kecuali ....A. Cita rasa lebih bervariasiB. Upaya promosi yang lebih ditingkatkanC. Penampilan produk lebih menarikD. Produk lebih awet serta upaya promosiE. Memberi kesan makanan lebih mewah21. Berikut yang diperlukan dalam menciptakan peluang usaha adalah ....A. ide usahaB. akibat usahaC. susah, senangnya berwirausahaD. analisis usahaE. barang yang akan dijual22. Bagi calon wirausahawan berbagai jenis wirausaha bisa menjadi alternatif dalam pemilihan ide. Jenis wirausaha ini disesuaikan dengan beberapa hal berikut, kecuali ....A. KeahlianB. Peluang yang adaC. Minat dan kesukaanD. Ketersediaan bahan bakuE. Meniru ide usaha orang lain23. Berikut ini yang tidak termasuk ke dalam peranan pengemasan bahan pangan adalah .... A. Menambah aroma makanan B. Mempertahankan gizi produk yang dikemas C. Mempertahankan bahan pangan dalam keadaan higienis D. Sebagai alat penukar, media informasi dan sarana promosi E. Mengurangi terbuangnya bahan pangan selama proses distribusi 24. Berikut ini berturut-turut adalah makanan khas daerah Padang, Medan, Sukabumi dan Jogjakarta ....A. Rendang, bakso, Tauco, BakpiaB. Rendang, pempek, Mochi dan BakpiaC. Mochi, Bika Ambon, Bakpia dan SeblakD. Dadih, Rujak cingur, Mochi dan GudegE. Dadih, Bika Ambon, Mochi dan Gudeg25. Jika kita salah dalam penyajian dan kemasan, maka akan berakibat ....A. mudah mendapat konsumen dan dipercaya konsumenB. omzet menurun dan susah mendapat konsumenC. omzet meroket naik dan dipercaya konsumenD. omzet meroket naik dan mudah mendapat konsumenE. mudah mendapat konsumen dan omzet menurun26. Makanan yang membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan disebut ....A. Makanan keringB. Makanan basahC. Makanan awetanD. Makanan siap sajiE. Makanan setengan jadi27. Teknik memasak dengan memanaskan udara panas dan kering di sekelilingnya, biasanya di dalam oven sering disebut dengan teknik ....A. menggoreng B. memanggangC. merebusD. menumisE. deep frying28. Pada pembuatan minuman lidah buaya dalam kemasan mangkok yaitu melaui proses persiapan lidah buaya dan persiapan larutan sirup. Alur pada tahapan proses persiapan lidah buaya yang tepat adalah ....A. Cuci-kupas-potong-rendamB. Kupas-cuci-potong-rendamC. Cuci-potong-kupas-rendamD. Kupas-rendam-cuci-potongE. Potong-kupas-cuci-rendam29. Jika kita salah dalam memilih kemasan, makan akan berakibat ....A. cepat laku, harga naik, dan untung besarB. produk bersaing, harga kompetitif, produk cepat terkenalC. harga kompetitif, untung besar, produk cepat terkenalD. produk cepat terkenal, cepat laku, harga naikE. cepat basi, cepat rusak, harga turun30. Pada produksi minuman lidah buaya, setelah dalakukan pemberian label dan dikemas ke dalam karton, sebelum dipasarkan dilakukan inkubasi 2-3 hari. Tujuan dilakukan inkubasi tersebut adalah ....A. Untuk menciptakan kondisi hot fillingB. Untuk menghindari kerusakan produkC. Untuk melihat kestabilan mutu produkD. Untuk menunggu jadwal pemasaran produkE. Untuk menghindari kerusakan kemasan produk31. Teknik pengeringan bahan pangan nabati yang paling sederhana adalah dengan ....A. Memakai penggorengan B. Mesin pengering C. Oven suhu tinggi D. Panas matahari E. Memakai panci 32. Biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati dihitung dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah ....A. Biaya untuk menggaji tenaga kerjaB. Biaya listrik, air dan penyusutan alatC. Biaya untuk membeli alat-alat produksiD. Biaya untuk membeli bahan baku utamaE. Biaya untuk membeli bahan baku tambahan33. Bagaimana penyajian, pengemasan dalam menetapkan desain produksi pengawetan bahan nabati ....A. Dengan memberi nama dan merk sajaB. Dengan memberi Berat bersihnya sajaC. Dengan memberi nama, merk, alamat, Berat bersih, komposisi bahan, tanggal dan kode produksi, dan tanggal kadaluarsaD. Tidak memberinyanya apa-apaE. Jawaban salah semua34. Sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain diluar biaya produksi disebut ....A. Harga jualB. Biaya investasiC. Biaya overheadD. Keuntungan usahaE. Harga pokok produksi35. Dalam pengolahan ada yang namanya tahap produksi, jadi apa pengertian produksi ....A. Kegiatan untuk menghasilkan serta meningkatkan kegunaan dan nilai tambah produk, baik berupa barang maupun jasaB. Serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu atau mendapatkan hasilC. Proses produksi bahan makanan yang berasal dari hewanD. Merupakan proses pengawetan bahan makanan yang berasal dari hewanE. Hasil dari produksi bahan makanan yang berasal dari tumbuhan36. Berikut ini tujuan pengeringan, kecuali ....A. Memperpanjang daya gunaB. Mengawetkan bahan panganC. Memperpendek umur simpanD. Meningkatkan efisiensi pengemasanE. Mengubahn struktur bahan pangan37. Bahan pangan ada 2, yaitu hewani dan nabati. Apa manfaat yang terdapat dalam produk pengawetan bahan Hewani maupun Nabati ....A. SandangB. PapanC. PanganD. Sebagai bahan baku obatE. Sebagai hiasan38. Acar dibuat dengan kombinasi 2 cara pengawetan, yaitu ....A. Penggaraman dan pengeringanB. Penggaraman dan fermentasiC. Pengeringan dan fermentasiD. Sterilisasi dan penggaramanE. Fermentasi dan blansir39. Berikut ini contoh analisis SWOT pada makanan khas daerah, kecuali ....A. StrengthB. WeaknessC. OpportunityD. MetodeE. Threat40. Berikut ini yang bukan termasuk hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengolahan pangan adalah ....A. Sebelum diolah bahan makanan harus disimpan di lemari pendinginB. Jika pemasakan daging dan ayam kurang baik maka memungkinkan bakteri masih hidupC. Bahan-bahan yang sudah dibekukan harus segera dimasak setelah thawingD. Suhu penyimpanan diatas 60o untuk bahan pangan yang harus disimpan dalam keadaan panasE. Bahan-bahan yang sudah dicairkan setelah dibekukan harus dibiarkan lama sebelum dimasak41. Dalam melakukan usaha dibidang pengolahan, pasti terjadi yang namanya kegagalan. Hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan usaha adalah ....A. YakinB. Mental yang positifC. Kesehatan tergangguD. Percaya diriE. Kreatif42. Salah satu perlakuan pendahuluan sebelum pembekuan buah dan sayuran adalah penambahan atau pencelupan ke dalam larutan asam yang berfungsi ....A. Mengurangi kadar olsigenB. Meningkatkan kecepatan pembekuanC. Menonaktifkan enzim katalaseD. Menonaktifkan enzim peroksidaseE. Mempertahankan warna43. Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih kemasan adalah bahan kemasan yang ....A. berbauB. tidak memiliki daya TarikC. melindungi isiD. susah didapatE. tidak disertai label44. Metode pengeringan dengan sinar matahari mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya ....A. Tidak sehigienis metode yang lainB. Biaya mahalC. Prosesnya rumitD. Perlu ahli yang mengerjakannyaE. Hanya dapat dikerjakan untuk skala kecil45. Berikut ini yang bukan keuntungan-keuntungan teknologi pengolahan bahan makanan adalah .... A. Memberikan nilai tambah pada SDA B. Memperluas pendistribusiannya C. Peningkatan devisa negara D. Penyerapan tenaga kerja E. Menambah beban kerja 46. Berikut ini adalah bahan makanan yang tidak cocok untuk dikeringkan adalah ....A. MelonB. JagungC. Bawang putihD. LadaE. Beri47. Bumbu untuk membuat rendang terdiri atas bawang merah, bawang putih, cabai merah, kerumr, kemiri, jahe, garam, gula, sereh, lengkuas, dan daun kunyit. Bumbu-bumbu ini berguna untuk pengental, penambah cita rasa dan ....A. PenampilanB. AromaC. WarnaD. ManisE. Asin48. Sirup yang hanya mempunyai rasa manis saja dan biasanya merupakan bahan baku industri minuman disebut ....A. Sirup buahB. Sirup essenceC. Sirup GlukosaD. Sirup kentalE. Preserves49. Hal-hal yang diperhatikan dalam pemasaran dari sudut pandang konsumen, kecuali ....A. kebutuhan dan keinginan konsumenB. biaya konsumenC. komunikasiD. tempat yang strategisE. kenyamanan50. Karbohidrat merupakan sumber kalori utam bagi manusia. Contoh makanan khas daerah yang mengandung karbohidrat adalah ....A. Getuk NasiliwetB. Bika ambonC. Telur AsinD. Kerpik pisangE. Karedok51. Manisan mangga dibuat dengan memilih mangga dalam keadaan ....A. matangB. mudaC. setengah matangD. segarE. sangat matang52. Ada banyak teknik memasak dalam pengolahan. Berikut ini merupakan teknik memasak dengan pemanasan kering, kecuali ....A. Baking and roastinB. Deep fryingC. BlanchingD. Shallow fryingE. Sautel menumis53. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, yaitu ....A. buah menjadi menarikB. agar tidak asamC. mudah pemasarannyaD. mencegah tumbuhnya mikroorganismeE. manisan enak disantap54. Bumbu untuk membuat rendang terdiri atas bawang merah, bawang putih, cabai merah, kerumr, kemiri, jahe, garam, gula, sereh, lengkuas, dan daun kunyit. Bumbu-bumbu ini berguna untuk pengental, penambah cita rasa dan ....A. PenampilanB. AromaC. WarnaD. ManisE. Asin55. Berikut contoh bahan pangan nabati bertekstur lunak, kecuali ....A. apelB. pepayaC. pisangD. jerukE. anggur56. Bahan pangan nabati yang dihasilkan oleh batang tumbuhan, yaitu ....A. ArenB. KelapaC. UbiD. KentangE. Sagu57. Fermentasi dan penambahan enzim merupakan contoh pengawetan secara ....A. kimiawiB. anorganikC. fisikD. biologiE. modern58. Apa alasannya wirausaha banyak membuat makanan awetan dari bahan nabati ....A. Teknologi pengolahan susah dipelajariB. Produknya sangat bervariasiC. Murahnya nilai jual makanan awetan dari nabatiD. Bahan baku susah didapatE. Pilihan kemasan hanya sedikit59. Mengapa makanan awetan dari bahan nabati menjadi pilihan potensial bidang yang ditekuni untuk wirausaha ....A. Bahan baku sulit didapatB. Produknya tidak bervariasiC. Pasar sangat terbuka lebarD. Teknologi pengolahan rumitE. Investasi alat dan mesinnya mahal60. Di bawah ini yang tidak termasuk bahan pangan nabati adalah ....A. KetanB. SosisC. BrokoliD. TalasE. Singkong61. Berikut ini yang bukan keuntungan-keuntungan teknologi pengolahan bahan makanan adalah ....A. Menambah beban kerjaB. Penyerapan tenaga kerjaC. Peningkatan devisa Memperluas pendistribusiannyaE. Memberikan nilai tambah pada SDA62. Bahan pangan berasal dari dua sumber yaitu ....A. Nabati dan SayuranB. Hewan dan BuahC. Nabati dan HewaniD. Alam dan hutanE. Organik dan anorganik63. Bahan makanan setelah dipanen secara fisiologis masih hidup. Sifat mudah rusak ini tentu sangat terasa berat terutama saat panen raya, dimana suatu komoditas memasuki waktu panen bersamaan sehingga suplai meningkat tajam. Hal ini berisiko akan over supply sehingga bisa menurunkan harga jual, dan tentunya akan sangat mengurangi keuntungan buat petani. Hal yang berdampak paling berat adalah terlanjur membusuk. Solusi yang bisa digunakan, untuk keluar dari masalah ini adalah ....A. Bahan makanan dibiarkan busuk untuk dijadikan pupukB. Bahan dijual dengan harga murahC. Bahan dibagikan kepada orang-orang sekitarD. Bahan diolah menjadi produk yang awetE. Bahan dibuang begitu saja64. Bahan pangan nabati yang dihasilkan oleh batang suatu tumbuhan, yaitu ....A. saguB. arenC. wortelD. kelapaE. kentang65. Mengeluarkan atau menyinkirkan air daripada makanan ....A. PenyejukbekuanB. Pembungkusan VakumC. PendidihanD. PengeringanE. Memasak66. Dalam pengolahan diperlukan bahan pangan untuk diolah. Bahan pangan berasal dari 2 sumber, yaitu ....A. Nabati dan sayuranB. Hewani dan buatanC. Nabati dan hewaniD. Alam dan buatanE. Organik dan anorganik67. Bahan pangan nabati yang mempunyai pigmen klorofil akan menghasilkan warna ....A. kuningB. hijauC. merahD. jinggaE. biru68. Berikut ini yang tidak termasuk ke dalam peranan pengemasan bahan pangan adalah ....A. Mempertahankan bahan pangan dalam keadaan higienisB. Mempertahankan gizi produk yang dikemasC. Menambah aroma makananD. Mengurangi terbuangnya bahan pangan selama proses distribusiE. Sebagai alat penukar, media informasi dan sarana promosi69. Salah satu bahan pangan nabati yang rasanya pahit, yaitu ....A. tebuB. wortelC. pareD. markisaE. mangga70. Kerak Telor adalah makanan khas ....A. Jawa BaratB. BetawiC. SumateraD. BaliE. Kalimantan

Beragamkosmetik telah tersebar untuk menjanjikan kulit yang indah dan sehat. Kristalisasi adalah salah satu proses pemurnian dan pengambilan hasil dalam bentuk padat. pengemasan Produk Kosmetik Pengemasan adalah salah satu faktor penentu kesuksesan suatu produk. Contoh produk kosmetik dari bahan nabati dan hewani. Kecantikan adalah salah satu anugerah tuhan yang tidak ternilai, kita sebagai
Cooking oil and ecoenzyme are one type of combination that can be used for making hand washing soap. The purpose of this study is to make soap from used cooking oil and ecoenzyme as the basic ingredients and see its compatibility with SNI standards. The process of making soap begins with the design of three different types of oil and ecoenzyme content formulations. There are three comparisons of oil and ecoenzyme content used, namely F1 66% and 11%, F2 56% and 16%, F3 46% and 21%. The parameters that become the benchmark in testing soap quality come from SNI 3532 2016 and the Domestic Waste Quality Standards. Although the three types of formulas do not meet the overall SNI quality standards and Domestic Waste Quality Standards, the results of laboratory tests show that the third formula is the closest to SNI quality standards. Based on the results of statistical tests with multiple linear regression test models show that the oil content and ecoenzyme affect the increase in total fat in soap Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free       AlamatRedaksiDEWANREDAKSIJURNALAGROINTEKJURUSANTEKNOLOGIINDUSTRIPERTANIANFAKULTASPERTA NIANUNIVERSITASTRUNOJOYOMADURAJl.RayaTelangPOBOX2KamalBangkalan,Madura-JawaTimurE-mailAgrointek            SeptemberandDecember.Agrointekdoesnotchargeanypublication MichaelMurkovic,GrazUniversityofTechnology,InstituteofBiochemistry,Austria ChananpatRardniyom,MaejoUniversity,ThailandMohammadFuadFauzulMu'tamar,UniversityofTrunojoyoMadura,Indonesia KhoirulHidayat,UniversityofTrunojoyoMadura,Indonesia CahyoIndarto,UniversityofTrunojoyoMadura,IndonesiaManagingEditorRadenAriefFirmansyah,UniversityofTrunojoyoMadura,IndonesiaAssistantEditorMiftakhulEfendi,UniversityofTrunojoyoMadura,Indonesia HeriIswanto,UniversityofTrunojoyoMadura,IndonesiaSafinaIstighfarin,UniversityofTrunojoyoMadura,IndonesiaVolume15No3September2021 IS S N1907–8056e-I SSN25 27-5410AGROINTEKJurnalTeknologiIndustriPertanianAgrointekJurnalTeknologiIndustriPertanian isanopenaccessjournalpublishedbyDepartmentofAgroindustrialTechnology,FacultyofAgriculture,UniversityofTrunojoyoMadura.AgrointekJurnalTeknologiIndustriPertanianpublisheso riginalresearchorreviewpapersonagroindustrysubjectsincludingFoodEngineering,ManagementSystem,SupplyChain,ProcessingTechnology,QualityControlandAssurance,WasteManagement,FoodandNutritionSciencesfromresearchers,lecturersandpractitioners.AgrointekJurnalTeknologiIndustriPertanianispublishedfourtimesayearinMarch,June, KATA PENGANTAR Salam, Dengan mengucap syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, kami terbitkan Agrointek edisi September 2021. Di tengah pandemi yang berkepanjangan ini, ilmuwan Indonesia masih tetap berkarya. Pada edisi kali ini 32 artikel hasil penelitian, yang terdiri dari 11 artikel dari bidang pengolahan pangan dan nutrisi, sistem manajemen, rantai pasok, dan pengendalian kualitas; 3 artikel tentang rekayasa pangan, dan 2 artikel tentang manajemen limbah. Para penulis berasal dari berbagai institusi pendidikan dan penelitian di Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan penelaah yang telah bekerja keras untuk menyiapkan manuskrip hingga final. Kami juga berterimakasih kepada ibu dan bapak yang memberi kritik dan masukan berharga bagi Agrointek. Untuk menyiapkan peringkat jurnal Agrointek di masa depan, kami mengharap kontribusi para peneliti untuk mengirimkan manuskrip dalam bahasa Inggris. Semoga kita akan mampu menerbitkan sendiri karya-karya unggul para ilmuwan Indonesia. Selamat berkarya. Salam hormat Prof. Umi Purwandari Agrointek Volume 15 No 3 September 2021 792-805 STUDI KELAYAKAN PRODUK SABUN BATANG BERBAHAN DASAR MINYAK JELANTAH DENGAN MEDIA BANTU ECOENZYME Seri Megawati, Adi NugrohoProgram Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Universal, Kota Batam, Indonesia Diterima 20 Februari 2021 Diperbaiki 23 Maret 2021 Disetujui 31 Maret 2021 Cooking oil and ecoenzyme are one type of combination that can be used for making hand washing soap. The purpose of this study is to make soap from used cooking oil and ecoenzyme as the basic ingredients and see its compatibility with SNI standards. The process of making soap begins with the design of three different types of oil and ecoenzyme content formulations. There are three comparisons of oil and ecoenzyme content used, namely F1 66 % and 11 %, F2 56 % and 16 %, F3 46 % and 21 %. The parameters that become the benchmark in testing soap quality come from SNI 3532 2016 and the Domestic Waste Quality Standards. Although the three types of formulas do not meet the overall SNI quality standards and Domestic Waste Quality Standards, the results of laboratory tests show that the third formula is the closest to SNI quality standards. Based on the results of statistical tests with multiple linear regression test models show that the oil content and ecoenzyme affect the increase in total fat in soap. Keyword Soap; ecoenzyme; SNI Solid Soap Ā© hak cipta dilindungi undang-undang Penulis korespondensi Email aaddinugroho DOI Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 793 PENDAHULUAN Kepuasan konsumen ketika telah menggunakan sebuah produk dapat dinilai berdasarkan kesetiaan penggunaan produk, tingkat penjualan produk, dan popularitas produk, konsumen akan menggunakan kembali sebuah produk berdasarkan kualitasnya Aryani & Rosinta, 2010. Kualitas yang baik adalah menghasilkan produk yang sesuai dengan kriteria dari sisi perusahaa Safrizal, 2016. Penilaian yang ketat terhadap kesesuaian, karena mempunyai jasmani yang bersih dapat mendukung pertumbuhan dan mempengaruhi kesehatan serta psikis manusia Warastiko, 2016. Kehidupan yang bersih merupakan salah satu bagian terpenting yang menjadi kebutuhan manusia. Hal itu dikarenakan mempunyai jasmani yang bersih dapat mendukung pertumbuhan fisik yang baik serta memengaruhi kesehatan psikis manusia Warastiko, 2016. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, manusia menggunakan berbagai cara, seperti menggunakan media produk tertentu. Salah satu jenis produk kebersihan yang digunakan setiap hari adalah sabun, karena sabun dapat membersihkan tubuh dari kuman dan kotoran yang menempel pada tubuh Wahyudi, 2018. Dalam perkembangannya, media sabun terdiri dari dua jenis yaitu sabun berbentuk cair dan sabun berbentuk batang. Perbedaan mendasar kedua jenis sabun tersebut terletak pada kandungan alkali yang digunakan untuk membuat reaksi penyabunan. Natrium Hidroksida NaOH akan menghasilkan sabun batang sedangkan Kalium Hidroksida KOH akan menghasilkan sabun cair Widyasanti et al., 2016. Hingga saat ini, penggunaan media tersebut masih menjadi pilihan masyarakat, khususnya di area perkotaan sebagai alternatif solusi dalam melakukan pola hidup bersih. Walaupun dinilai sebagai salah satu media yang cukup baik untuk menjaga kebersihan anggota tubuh manusia. Penggunaan sabun berbentuk batang dan cair sebagai media pembersih tidak terlepas dari adanya dampak negatif yang muncul terkait penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai gambaran, data dari UK insights menyebutkan bahwa negara maju seperti di Amerika, mulai mengalihkan penggunaan sabun jenis cair ke jenis sabun batang. Peningkatan hasil penjualan sabun cair berdasarkan data penjualan perusahaan Tesco mencapai 5,7 %, sedangkan peningkatan penjualan produk sabun batang secara keseluruhan di Amerika mencapai sebesar 8,5 % Nancholas, 2019. Naiknya penjualan terhadap produk sabun batang didorong adanya kesadaran manusia untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan, walaupun produk sabun cair dinilai lebih praktis penggunaannya. Namun kontinuitas penggunaan produk ini juga menuntut kesadaran lebih bagi penggunanya, khususnya terkait dengan sampah plastik yang dihasilkannya. Berbeda dengan sabun cair, material sabun batang atau padat merupakan perpaduan antara minyak dan alkali yang dilakukan melalui proses saponifikasi. Bahan dasar pembuatan sabun batang adalah minyak yang berperan sebagai asam dan alkali seperti NaOH dan KOH yang bersifat basa Khuzaimah, 2016. Minyak jelantah mengandung asam lemak yang dapat bereaksi dengan alkali sehingga terjadi proses saponifikasi Pujiati dan Retariandalas, 2019. Karakteristik minyak yang dapat digunakan dalam proses pembuatan sabun batang minimal mempunyai senyawa asam lemak yang juga terdapat pada kandungan minyak jelantah. Minyak jelantah merupakan salah satu kategori minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang cukup tinggi dari hasil reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saat penggorengan Aziz et al., 2011. Hal tersebut mengakibatkan minyak jelantah mudah menimbulkan reaksi penyabunan jika asam lemak bebas bereaksi dengan kalium dan natrium hidroksida Kartika et al., , 2013. Kandungan senyawa yang terdapat pada minyak jelantah meliputi peroksida, asam lemak bebas dan kadar air Alamsyah et al., 2017. Kombinasi senyawa yang ada pada minyak tersebut jika digunakan secara berulang kali dapat memengaruhi kesehatan tubuh, karena menghasilkan senyawa karsinogenik atau zat pemicu kanker Ningrum & Kusuma, 2013. Tingginya produksi minyak jelantah dibeberapa negara asia seperti Cina, Malaysia, Indonesia, Thailand, Hong Kong, India hingga mencapai ton menunjukkan potensi bahwa bahaya bukan hanya tertuju pada dampak kesehatan saja, namun juga terhadap pencemaran lingkungan jika tidak diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat. Selain minyak jelantah, potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi bahan baku pembuatan sabun yaitu penggunaan garbage enzyme atau sering dikenal sebagai ecoenzyme. 794 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 Produk ini diperkenalkan oleh Dr. Rosukon yang berasal dari Thailand. Dikatakan sebagai ecoenzyme karena merupakan produk yang berasal dari hasil olahan sampah dapur, seperti kulit buah-buahan, potongan sayur-sayuran yang dibuang dan lain-lain Rasit dan Chee Kuan, 2018. Enzim ini akan menghasilkan zat organik kompleks dari rantai protein enzim, asam organik dan garam mineral dari hasil fermentasi antara sampah organik dengan gula merah atau molase Arun dan Sivashanmugam, 2015. Proses pembuatan Ecoenzyme membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan, dan hanya membutuhkan 3 bahan diantaranya sampah organik, air dan gula gula hitam, gula aren ataupun gula molasse Tang dan Tong, 2011. Ecoenzyme yang telah selesai masa fermentasi akan berwarna cokelat dan memiliki aroma asam manis yang cukup kuat Deepak et al., 2019. Kandungan yang terdapat pada ecoenzyme meliputi protease, lipase dan amilase yang berfungsi untuk mendegradasi atau menguraikan protein, karbohidrat dan lemak. Walaupun berasal dari hasil fermentasi, ecoenzyme dapat juga digunakan untuk membunuh patogen. Arun dan Sivashanmugam, 2015. Beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang pemanfaatan ecoenzyme diantaranya, dapat digunakan sebagai bahan pembersih rumah tangga alami, penyegar udara, kosmetik, insektisida, perawatan tubuh dari luar, dan pupuk organik Nazim dan Meera, 2017. Selain itu, didalam air, enzim ini dapat berperan sebagai protein yang dapat mengkatalisasi reaksi khususnya reaksi yang terjadi pada air limbah Deepak et al., 2019. Sedangkan dalam aspek lingkungan penggunaan ecoenzyme digunakan sebagai pengolahan air limbah domestik yang berfungsi menjaga kisaran pH netral limbah di saluran pembuangan Sayali et al., 2019. Proses penguraian bahan dalam ecoenzyme akan menghasilkan filtrat yang kaya akan asam amino dan asam asetat sehingga dapat digunakan sebagai pembersih maupun pupuk. Hal tersebut dilakukan melalui kombinasi proses diantaranya hidrolisis, yang bertujuan menghasilkan gula sederhana, asam amino, dan asam lemak. Hidrolisis diikuti oleh asidogenesis setelah dipecah oleh bakteri asidogenik menjadi molekul yang lebih sederhana. Asam lemak yang mudah menguap VFA akan menghasilkan amonia, CO2 dan H2S sebagai produk sampingan. Pada langkah selanjutnya, asetogenesis, yaitu molekul sederhana dari asidogenesis yang selanjutnya dicerna oleh bakteri asetogen untuk menghasilkan CO2, H2 dan asam asetat. Langkah terakhir yaitu metanogenesis di mana bakteri metanogen menghasilkan metana, CO2, dan air Dhiman, 2017. Berdasarkan informasi tersebut menjelaskan bahwa, peran ecoenzyme dalam proses pembuatan sabun batang diharapkan dapat membantu dalam membersihkan minyak sehingga meningkatkan fungsi sabun membunuh kuman. Selain bertujuan untuk mengetahui pengaruh ecoenzyme terhadap kualitas produk sabun batang yang akan dibuat, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat kajian diversifikasi produk olahan yang berasal dari minyak jelantah dan ecoenzyme masih sangat minim untuk dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu, garbage enzyme tidak dapat dijadikan sebagai minuman karena bahan dasar pembuatannya berasal dari sampah-sampah organik. Akan tetapi garbage enzyme dapat digunakan untuk sebagai bahan pembersih rumah tangga alami, penyegar udara, kosmetik, insektisida, perawatan tubuh dari luar, dan pupuk organik Nazim & Meera, 2017. Ecoenzyme terbentuk dengan fermentasi alami yang mengandung protease, lipase, superoxide dismutase, biosurfactants, mikroorganisme hidup terutama ragi dan bahan aktif lainnya yang berfungsi untuk membersihkan noda minyak, menimbulkan proses deodorizes, pemurnian udara dan air, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan. Ecoenzyme juga dapat berguna untuk membunuh patogen atau memiliki sifat penghambat pathogen Rasit & Chee Kuan, 2018. Dalam air, enzim ini dapat berperan sebagai protein yang dapat mengkatalisasi reaksi khususnya reaksi yang terjadi pada air limbah Deepak et al., 2019. Terdapat beberapa penelitian yang telah menggunakan ecoenzyme sebagai bahan penelitian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, diantaranya adalah pemanfaatan ecoenzyme sebagai pengolahan air limbah domestik dengan pengolahan terdesentralisasi dan juga menjaga kisaran pH netral limbah di saluran pembuangan Sayali et al., 2019. Ecoenzyme juga dapat digunakan sebagai pengawetan makanan karena sifatnya propionic. Kandungan asam yang efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroba. Asam asetat dalam ecoenzyme juga dapat Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 795 menghancurkan organisme, sehingga dapat digunakan sebagai insektisida atau pestisida yang ramah lingkungan Rasit et al., 2019. Proses penguraian bahan-bahan dalam ecoenzyme akan menghasilkan filtrat yang kaya akan asam amino dan asam asetat sehingga dapat digunakan sebagai pembersih maupun pupuk Dhiman, 2017. Peneliti Indonesia juga memanfaatkan ecoenzyme sebagai salah satu bahan dalam pembuatan pembersih rumah tangga yang dipraktikkan langsung kepada ibu rumah tangga sebagai pengabdian masyarakat. Hal tersebut selain dapat mengurangi sampah menjaga lingkungan juga dapat meningkatkan keterampilan ibu rumah tangga Pujiati dan Retariandalas, 2019. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa jenis kandungan dalam ecoenzyme yang dapat berguna bagi kehidupan manusia. Diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Rasit et al., 2019, menjelaskan bahawa ecoenzyme mengandung propionic yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Kemudian penelitian yang dilakukan Jean Fall et al., 2015 juga menjelaskan proses fermentasi ecoenzyme akan menghasilkan ozon O3 yang dapat mengurangi karbon dioksida CO2 di atmosfer dan dapat menjebak logam berat di gugusan awan sekaligus mengurangi efek pemanasan global. Selain itu, nitrat NO3 dan karbonat CO3 dibentuk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tumbuhan alami juga mengandung etanol yang memiliki sifat antiseptic Nazim & Meera, 2017. Disamping itu, ecoenzyme juga menghasilkan fitrat yang mengandung asam amino dan asam asetat sehingga dapat digunakan sebagai pembersih atau pupuk. Dhiman, 2017. Dari berbagai penjelasan literasi tersebut, menunjukan bahwa usaha untuk memperluas manfaat media ecoenzyme masih membutuhkan kajian yang lebih mendalam dan kompherensif. Hal tersebut dikarenakan masih banyak media material yang dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih bermanfaat, diantaranya sabun batang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ecoenzyme terhadap kualitas produk sabun batang yang akan dibuat, dimana standar kualitas yang digunakan untuk mengetahui kelayakan sabun batang tersebut yaitu menggunakan parameter SNI 35322016, dan baku mutu limbah domestik. METODE Formula Kombinasi Pembuatan Sabun Formula kombinasi pembuatan sabun disusun menggunakan teknik desain faktorial yang terdiri dari tiga jenis perlakuan dengan kandungan minyak jelantah dan ecoenzyme yang berbeda-beda. Penyusunan formula kombinasi pembuatan sabun dapat dijelaskan sebagai berikut Tabel 1. Formulasi kombinasi sampel pengujian menggunakan empat parameter diantaranya, kandungan minyak jelantah, NaOH, ecoenzyme dan air yang berjumlah tiga alternatif kombinasi. Persentase kandungan dimasing-masing sampel ditentukan berdasarkan studi literatur terdahulu yang telah dilakukan oleh Deshanyuan 2017 proses pengujian hanya dilakukan satu kali pengulangan pada masing-masing sampel. Informasi kandungan parameter dimasing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Bentuk fisik sampel pengujian sabun dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 sampel kombinasi sabun Tabel 1 Formulasi Pembuatan sabun 796 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 Sampel pertama menunjukan produk sabun dengan kadar minyak jelantah sebesar 66 %, NaOH sebesar 13 %, ecoenzym 11 % dan kadar air sebanyak 9 %. Sampel kedua menunjukkan produk sabun dengan kadar minyak jelantah sebesar 56 %, NaOH sebesar 11 %, ecoenzym 16 % dan kadar air sebanyak 16 %. Sedangkan sampel ketiga menunjukan produk sabun dengan kadar kadar minyak jelantah sebesar 46 %, NaOH sebesar 9 %, ecoenzym 21 % dan kadar air sebanyak 23 %. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu komposisi pembuatan sabun batang yang terdiri dari minyak jelantah, NaOH, air, dan ecoenzyme. Kemudian terdapat variabel terikat yang akan terpengaruh oleh variabel bebas adalah kualitas sabun yang dihasilkan disesuaikan dengan syarat mutu SNI dan baku mutu limbah. Adanya variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini, maka memerlukan variabel kontrol untuk mengendalikan kedua variabel di atas. Variabel kontrol Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang berfungsi untuk mengendalikan nilai parameter suhu. Suhu berperan penting dalam proses pembuatan sabun sehingga perlu dikendalikan dengan tepat. Pengendalian suhu diperlukan untuk memastikan temperatur minyak dan campuran antara NaOH, air dan ecoenzyme tidak melebihi 50 °C dan perbedaan kedua cairan adalah 10 °C. Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan design of eksperimen DOE yaitu terlebih dahulu menentukan kombinasi faktor yang akan digunakan minyak jelantah, NaOH, ecoenzym dan kadar air, menentukan level faktor satu level yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sampel pengujian. Data primer pengujian diperoleh melalui hasil pengujian laboratorium yang terdiri dari 1. Tingkat kadar air yang terkandung dalam sabun batang 2. Angka asam lemak bebas dari sabun batang 3. Banyaknya alkali bebas yang dihasilkan 4. Banyaknya total lemak 5. Tingkat kadar klorida 6. Banyaknya bahan tak larut dalam etanol 7. Jumlah lemak yang tak tersabunkan 8. Tingkat pH dari bekas cuci tangan 9. Konsentrasi BOD 10. Konsentrasi TSS 11. Jumlah TSS pada bekas cuci tangan 12. Banyaknya minyak lemak 13. Banyaknya amoniak Sedangkan teknik studi literatur digunakan untuk memperoleh data sekunder yang meliputi parameter standar SNI No. 32362016 yang berisi tentang kumpulan syarat mutu yang perlu dipenuhi oleh sabun padat. Selain itu peraturan baku mutu limbah domestik yang di keluarkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 berisi tentang kandungan parameter limbah. Pengolahan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Proses menganalisis data menggunakan analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk memprediksi variabel prediktor Iriawan dan Astuti, 2006. Tujuan dari analisis regresi linear berganda yaitu untuk menguji pengaruh dari minyak jelantah dan ecoenzyme variabel prediktor terhadap standar mutu SNI sabun variabel respon. Tahapan pengolahan datanya dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Menyusun kombinasi antara tiga formula kombinasi bahan pembuatan sabun yang berbeda 2. Pengambilan sampel dari masing-masing formula kombinasi yang telah ditentukan. 3. Melakukan pengujian laboratorium terhadap kesesuaian sampel dengan standar mutu SNI sabun 4. Pembuatan tabulasi berdasarkan seluruh hasil uji laboratorium antara variabel prediktor dengan setiap parameter dalam SNI sabun padat 5. Melakukan uji regresi linear berganda dari variabel prediktor terhadap variabel respon menggunakan bantuan software Minitab 6. Menganalisa hasil pengujian dan membahas hasil pengujian regresi linear berganda, serta mengambil hipotesis. Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 797 Penyusunan Hipotesis Bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan minyak dengan ecoenzyme terhadap kualitas sabun berdasarkan standar mutu SNI 35322016. Desain hipotesis awal dan hipotesis alternatif dijelaskan sebagai berikut 1. H0 Adanya pengaruh antara minyak dan ecoenzyme terhadap kualitas sabun Parameter SNI 35322016 2. H1 Minyak dan ecoenzyme tidak berpengaruh pada kualitas sabun Parameter SNI 35322016 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Sabun Parameter air Berdasarkan grafik hasil uji kualitas sabun Gambar 2. Parameter kadar air yang terkandung dalam ketiga sampel sabun tidak melewati batas maksimal dalam standar mutu SNI sabun yaitu dibawah 15 % standar kandungan kadar air. Tinggi rendahnya angka kadar air dipengaruhi oleh banyaknya minyak yang digunakan dan kecepatan pengaduk pada proses pembuatan sabun Jalaluddin et al., 2019. Kadar air yang terlalu tinggi akan memengaruhi kelarutan sabun dalam air saat digunakan, sehingga pada saat proses pencucian dengan sabun kotoran akan sulit dibersihkan kemudian juga akan mengakibatkan sabun mudah menyusut karena penggunaan sabun menjadi lebih besar Sukawaty, dan warnida, 2016. Gambar 2 Kandungan kadar air Asam lemak bebas Berdasarkan grafik hasil uji kualitas sabun pada parameter asam lemak bebas Gambar 3, menunjukkan dari ketiga sampel sabun telah memenuhi standar mutu SNI yaitu dibawah 2,5 % standar kandungan asam lemak bebas. Gambar 3 Kandungan asam lemak bebas Kandungan asam lemak bebas berasal dari asam lemak minyak yang digunakan, jika sabun mengandung asam lemak bebas yang tinggi maka akan memengaruhi proses emulsi sabun dengan kotoran, sabun akan susah menyatukan antara air dengan kotoran sehingga daya pembersihan sabun juga akan berkurang Hardian et al., 2014. Asam lemak bebas biasanya terbentuk oleh proses oksidasi dan hidrolisis enzim pengolahan dan penyimpanan. Jumlah asam lemak pada minyak dan jumlah basa yang memengaruhi tingkat asam lemak bebas yang dihasilkan pada sampel Ketaren, 1986. Tingginya asam lemak bebas dikarenakan oleh penggunaan minyak goreng secara berulang kali Wati Ibnu Hajar et al., 2016. Alkali bebas Berdasarkan grafik hasil uji kualitas sabun pada parameter alkali bebas Gambar 4, masing- masing sampel tidak memenuhi standar SNI yaitu melebihi 0,1 % standar kandungan alkali bebas. Semakin banyak penggunaan NaOH maka semakin banyak NaOH yang tersisa dari reaksi penyabunan sehingga meningkatkan angka alkali bebas dan akan menyebabkan iritasi pada kulit Prihanto & Irawan, 2019. Hal ini menjadi alasan bagi angka alkali bebas yang semakin meningkat karena kandungan NaOH dari ketiga sampel mengalami kenaikan. Gambar 4 Kandungan Alkali bebas 798 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 Lemak tak tersabunkan Berdasarkan grafik hasil pengujian kualitas sabun pada parameter lemak yang tak tersabunkan dari ketiga sampel sabun telah memenuhi standar mutu SNI yaitu dibawah 0,5 % standar kandungan lemak taktersabunkan. Lemak yang tak tersabunkan merupakan lemak netral atau trigliserida pada sabun mandi padat yang tidak bereaksi selama proses penyabunan Langingi et al., 2012. Adanya lemak yang tak tersabunkan dapat disebabkan oleh terdapat komponen senyawa yang tak tersabunkan seperti alkohol berantai panjang, pigmen-pigmen, sterol, minyak-minyak mineral dan hidrokarbon Copeland et al., 2015. Gambar 5 Kandungan lemak tak tersabunkan Kadar klorida Berdasarkan grafik hasil uji kualitas sabun pada parameter kadar klorida Gambar 6, masing- masing sampel tidak memenuhi standar SNI karena telah melebihi 1,0 % standar kandungan kadar klorida. Kadar klorida yang tinggi akan menyebabkan peretakan pada sabun yang dibuat Firempong, C K and Mak-Mensah, 2011. Kadar klorida yang melebihi standar SNI disebabkan oleh air yang digunakan dalam proses pembuatan sabun mengandung kadar klorida yang cukup tinggi Vivian et al., 2014. Air mengandung kadar klorida karena air yang digunakan adalah air keran. Walaupun demikian kadar klorida tidak menimbulkan peretakan terhadap sabun Firempong, C K and Mak-Mensah, 2011. Gambar 6 Kandungan kadar klorida Total lemak Grafik hasil uji kualitas sabun pada parameter total lemak Gambar 7 menunjukan bahwa masing- masing sampel telah memenuhi standar SNI karena melewati standar minimal 15,0 % standar kandungan total lemak. Angka total Lemak mengalami kenaikan dari sampel pertama hingga sampel ketiga dengan formula minyak berturut-turut adalah 66 %, 56 %, 46 % dan formulasi ecoenzyme berturut-turut adalah 11 %,16 %, 21 %. Hal ini disebabkan terdapat asam organik dalam ecoenzyme yang meningkatkan total lemak pada sabun. Salah satu asam yang terkandung dalam ecoeznyme adalah asam asetat sama halnya dengan pengaruh penambahan madu dalam sabun juga akan memengaruhi peningkatan total lemak. Madu juga mengandung asam asetat yang dapat memengaruhi total lemak Belitz, et al., 2019 Tingginya angka total lemak akan meningkatkan kulitas dan kekerasan sabun, tinggi rendahnya total lemak pada sabun juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan pengikat minyak yang digunakan Mwanza and Zombe, 2020. Sampel ketiga mengandung total lemak yang paling tinggi disebabkan oleh banyaknya ecoenzyme yang digunakan berdasarkan hasil pengujian kandungan ecoenzyme salah satu kandungan dalam ecoenzyme adalah minyak dan lemak sebanyak 13 mg/L. Sehingga semakin banyak ecoeznyme yang digunakan akan meningkatkan total lemak Linghunchuqiao, 2014. Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 799 Gambar 7 Kandungan total lemak Bahan tak larut etanol Berdasarkan grafik hasil uji kualitas sabun pada parameter bahan tak larut dalam etanol Gambar 8, masing-masing sampel tidak memenuhi standar SNI karena melebihi 0,5 % standar kandungan bahan tak larut dalam etanol. sedangkan angka bahan tal larut etanol ketiga sampel rata-rata berada pada jumlah 3 %. Bahan yang tidak larut dalam etanol adalah senyawa yang tidak terlarut dalam pelarut etanol Neswati et al., 2019. Pada umumnya disebabkan adanya serat yang terkandung dalam kandungan yang digunakan dalam membuat sabun Marpaung et al., 2019 Gambar 8 Kandungan bahan tak larut dalam etanol. Evaluasi Hasil Pengujian Air Limbah Bekas Cucian Sabun Pengambilan sampel limbah cucian sabun diperoleh melalui pegujian pada beberapa aktifitas yang menjadi sasaran penggunaan produk tersebut yaitu pekerja bangunan dan koki restoran. Selain dikarenakan asal bahan ecoenzym yang berasal dari fermentasi sisa produksi restoran, pertimbangan prioritas kegiatan juga menjadi landasan untuk memilih aktifitas tersebut. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali, dimana masing-masing pekerja diberikan kesempatan untuk melakukan cuci tangan menggunakan sabun tersebut setelah menjalankan aktifitas. Kategori pekerjaan tidak dibatasi atau bersifat random. Air cuci tangan masing-masing sampel kemudian ditampung menggunakan botol yang sudah disterilisasi berukuran masing-masing 1 liter. Air kemudian disimpan selama 1 x 24 jam yang kemudian diuji pada Laboratorium Teknologi Pertanian, Kota Padang dan Balai Pengujian Mutu Barang, Jakarta. Informasi kondisi tangan yang menjadi sampel pengujian sebelum dan sesudah menggunakan sabun cuci tangan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Kondisi tangan sebelum dan sesudah cuci tangan Tingkat Keasaman pH Tingkat keasaman sebuah perairan dipengaruhi oleh tingginya asam mineral bebas dan asam karbonat yang menaikkan keasamannya. Angka pH atau derajat keasaman dari air bekas cuci sabun ecoenzyme tidak melewati batas standar Baku Mutu Limbah Domestik Gambar 9. Standar pH yang terkandung dalam air bekas cucian adalah dari 6 sampai 9, sedangkan ketiga sampel bekas cucian yang kita uji rata-rata berada pada angka 7 sampai dengan 8. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keasaman pada bekas cucian dengan sabun yang digunakan cukup stabil karena tidak melebihi atau kurang dari standar Baku Mutu Limbah Domestik. Angka pH akan 800 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 memengaruhi kelarutan unsur hara serta dapat menghambat kelarutan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman juga terhambat Afia Awaliya, 2016. Gambar 10 Tingkat keasaman pH sampel BOD Biochemical Oxygen Demand Hasil pengujian bekas cucian sabun dengan standar Baku Mutu Limbah Domestik menunjukan bahwa kandungan BOD Biochemical Oxygen Demand pada air limbah telah melebihi batas maksimum pada standar baku mutu yaitu 30 mg/l Gambar 10. Sedangkan limbah dari ketiga sampel mengandung BOD yang mencapai 100 hingga 200 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa proses menguraikan benda organik oleh bakteri membutuhkan oksigen yang cukup banyak Darmayanti, 2011. Pada saat bakteri menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air bekas cucian akan membutuhkan oksigen secara terus menerus, jika tidak mendapatkan oksigen proses penguraian akan terus berlanjut namun tidak bisa bertahan lama. Gambar 11 Perbandingan parameter BOD Bakteri pada sampel memiliki batasan kemampuan mengurai bahan organik sehingga proses penguraian tidak dapat berlangsung dengan sempurna Wahyu Purnomo et al., 2014 . Salah satu faktor penyebabnya adalah banyaknya kandungan bahan organik dalam air limbah, bahan organik berasal dari jenis kotoran yang dibersihkan menggunakan sabun salah satu contohnya adalah kotoran yang mengandung minyak Effendi, 2003. Jadi tingginya angka BOD pada sampel ketiga disebabkan oleh banyaknya zat organik yang terkandung pada kotoran, selain itu berdasarkan hasil pengujian kandungan ecoenzyme, BOD yang terkandung dalam ecoenzyme adalah 17,500 mg/L, tingginya BOD pada ecoenzyme berasal dari bahan organik di dalamnya seperti kulit-kulit buah dan lain-lain Linghunchuqiao, 2014 COD Chemical Oxygen Demand Gambar 11 menunjukkan jumlah COD dalam bekas cucian tiap sampel sabun tidak melewati jumlah maksimal yang telah ditetapkan oleh standar baku mutu. COD Chemical Oxygen Demand merupakan kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi, selain itu semakin tinggi COD menandakan tingginya zat-zat kimia yang terkandung pada limbah domestik Lita Darmayanti, 2011. Rendahnya angka COD pada pengujian bekas cucian sabun disebabkan oleh peran ecoenzyme yang dapat menurunkan kandungan zat-zat kimia yang terkandung dalam sebuah objek sehingga bekas cucian dari sabun mengandung COD yang tidak melebihi standar Baku Mutu Rasit dkk, 2019. Berdasarkan hasil pengujian kandungan ecoenzyme COD yang terkandung dalam ecoenzyme adalah 52,450 mg/L Linghunchuqiao, 2014 TSS Total Suspended Solid Pada proses mencuci tangan dengan ketiga sampel sabun, terdapat kotoran yang berasal dari tukang bangunan dan koki sehingga terdapat banyak padatan yang terjatuh ke dalam bekas cucian sabun. Hal tersebut menyebabkan hasil pengujian pada TSS Total Suspended Solid melebihi standar Baku Mutu Limbah Domestik Gambar 12. TSS merupakan kandungan zat-zat yang berwujud padat dan tersuspensi dalam air, zat tersebut dapat berupa komponen biotik seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, dan fungi dan komponen abiotik seperti pasir, lumpur, dan tanah liat Doraja et al., 2012. Jika air limbah mengandung TSS yang cukup tinggi maka akan memengaruhi tingkat kekeruhan air, kemudian air akan mengalir ke kolam atau perairan lain yang lebih besar sehingga dapat mengakibatkan Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 801 penghambatan pada cahaya matahari yang masuk ke dalam air dan memengaruhi proses fotosintesis Ester Suoth & Nazir, 2016. Banyaknya kotoran yang berbentuk padatan dari tukang bangunan seperti pasir-pasir dan semen serta makanan yang tersisa ditangan koki mengakibatkan meningkatnya angka TSS. selain itu berdasarkan hasil pengujian kandungan ecoenzyme TSS yang terkandung dalam ecoenzyme adalah 880 mg/L, TSS pada ecoenzyme berasal dari proses fermentasi Linghunchuqiao, 2014 Minyak dan Lemak Bekas cucian dengan ketiga sampel menghasilkan angka minyak dan lemak yang tidak melebihi standar Baku Mutu Limbah Domestik yaitu tidak melebihi 5 mg/L. Walaupun terdapat kotoran yang berasal dari dapur atau koki, akan tetapi jumlahnya cukup rendah sehingga angka minyak dan lemak dari bekas cucian sabun tidak melebihi standar Baku mutu limbah domestik Gambar 12 . Minyak dan lemak merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam air limbah, selain dapat menyebabkan masalah lingkungan minyak dan lemak juga akan menyebabkan penyumbatan pada pipa air Zaharah et al., 2018 Minyak dan lemak adalah komponen yang sulit terlarut dalam air maka minyak akan terapung diatas air Jika limbah dengan minyak dan lemak mengalir ke perairan yang lebih besar maka akan menutupi permukaan air dan merusak kehidupan organisme dalam air Putra dan Fitria, 2015 Gambar 12 Perbandingan kandungan minyak dan lemak masing-masing sampel Hubungan jumlah minyak jelantah dan ecoenzyme terhadap nilai parameter SNI sabun padat Kadar air Gambar 13 Hasil uji paramater minyak dan ecoenzym terhadap kadar air. Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda Gambar 13, menunjukan terjadinya hubungan multikolinieritas diantara variabel bebas yang artinya adanya hubungan yang erat antar variabel x prediktor antara minyak dengan ecoenzyme. Hal ini menyebabkan hasil pengujian tidak menampilkan kandungan ecoenzyme. Hasil tersebut menjelaskan jika terdapat 1 gram minyak yang ditambahkan dalam proses pembuatan sabun maka akan menghasilkan 0,1435 kadar air atau fy. Dalam penelitian ini nilai signifikanyang digunakan adalah š›¼ = 5 %, P-Value atau korelasi antara minyak dengan kadar air adalah 0,750 > š›¼ yang artinya antara minyak dan kadar air tidak memiliki korelasi atau hubungan karena P-Value tidak signifikan. Hal tersebut menyebabkan hipotesis awal ditolak dan menerima hipotesis alternatif yaitu minyak dan ecoenzyme tidak berpengaruh terhadap kadar air. 802 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 Total lemak Gambar 14 Hasil uji paramater minyak dan ecoenzym terhadap total lemak Gambar 14 menjelaskan bahwa sebanyak 1 gram minyak yang ditambahkan dalam proses pembuatan sabun maka akan menghasilkan 0,626 total lemak. Angka negatif dari nilai koefisien minyak artinya semakin banyak minyak maka semakin sedikit lemak yang dihasilkan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah ecoenzyme yang digunakan sehingga dapat menurunkan angka total lemak pada sabun. Selain itu, nilai signifikan pada pengujian menunjukan angka 0,093 mendekati nilai š›¼ artinya, korelasi antara minyak dan ecoenzyme terhadap total lemak cukup signifikan sehingga menerima hipotesis awal yaitu adanya hubungan antara minyak dan ecoenzyme terhadap total lemak. Bahan tak larut dalam etanol Gambar 15 Hasil uji paramater minyak dan ecoenzym terhadap bahan tak larut dalam etanol Gambar 15 menunjukan bahwa sebanyak 1 gram minyak yang ditambahkan dalam proses pembuatan sabun maka akan menghasilkan 0,0281 bahan tak larut dalam etanol atau fy. Hubungan minyak dan ecoenzyme terhadap bahan tidak larut dalam etanol dikatakan tidak signifikan karena angka P-Value > α = 5%, P-Value hasil pengujian tersebut adalah 0,493. Artinya minyak dan ecoenzyme tidak memengaruhi jumlah bahan yang tak larut dalam etanol. Selain itu, nilai R-sq yang dari hasil pengujian adalah 51,2 % hal ini menandakan bahwa pengaruh minyak dan ecoenzyme terhadap bahan tak larut dalam etanol sebesar 51,2 %, sisanya adalah pengaruh yang berasal dari faktor lainnya KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian terhadap produk sabun yang telah dibuat maka diperoleh beberapa kesimpulan akhir sebagai berikut 1. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa ketiga sampel produk sabun yang dibuat tidak memenuhi syarat SNI 35322016 dan standar baku mutu limbah domestik dengan sempurna. 2. Bahan minyak dan ecoenzyme memengaruhi kualitas sabun berdasarkan standar mutu SNI 32352016, namun hanya terbatas pada parameter total lemak. Berdasarkan hasil pengujiannya walaupun angka alkali bebas dan kadar kloridanya tidak sesuai dengan standar mutu SNI tetapi hasil pengujian sampel ketiga yang paling mendekati standar mutu SNI yaitu 46 % minyak dan 21 % ecoenzyme. DAFTAR PUSTAKA Afia Awaliya, N. B. 2016. FITOREMEDIASI LIMBAH DOMESTIK Detergent MENGGUNAKAN ECENG GONDOKEichorniacrassipesUNTUKMENGATASI PENCEMARANLINGKUNGAN. 3, 577–590. Alamsyah, M., Kalla, R., & La Ifa, L. I. 2017. PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN PROSES ADSORBSI. Journal Of Chemical Process Engineering, 22, 22. Arun, C., & Sivashanmugam, P. 2015. Investigation of biocatalytic potential of Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 803 garbage enzyme and its influence on stabilization of industrial waste activated sludge. Process Safety and Environmental Protection, 94C, 471–478. Aryani, D., & Rosinta, F. 2010. Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dalam membentuk loyalitas pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi, 172, 114–126. Aziz, I., Nurbayti, S., & Ulum, B. 2011. Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kimia VALENSI, 22. Belitz, Grosch, W., & Schieberle, P. 2019. Food Chemistry. In Encyclopedia of Microbiology. Springer Berlin Heidelberg. Copeland, L. R., Kleiman, R., & Lakes, S. 2015. 12 United States Patent Patent No. US 8,927,034 B2. Deepak, V., Singh, A. N., & P. S. 2019. Use of Garbage Enzyme. In International Journal of Scientific Resarch and Review Vol. 07, Issue September pp. 210–205. Deshanyuan. 2017. Ecoenzyme handmade soap production method. In Ecoenzyme. Dhiman, S. 2017. Eco-Enzyme-A Perfect House-Hold Organic Cleanser. International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences, 511, 19–23. Doraja, P. H., Shovitri, M., & Kuswytasari, N. D. 2012. Biodegradasi Limbah Domestik Dengan Menggunakan Inokulum Alami Dari Tangki Septik. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 11, 44–47. Effendi. 2003. Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. In Kanisius pp. 53–79. Ester Suoth, A., & Nazir, E. N. 2016. KARAKTERISTIK AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA SALAH SATU PERUMAHAN MENENGAH KEATAS DI TANGERANG SELATAN. Jurnal Ecolab, 102, 80–88. Firempong, C K and Mak-Mensah, E. 2011. Chemical characteristics of toilet soap prepared from neem Azadirachta indica A . Juss seed oil. Asian Journal of Plant Science and Research, 14, 1–7. Hardian, K., Ali, A., & ’ Y. 2014. EVALUASI MUTU SABUN PADAT TRANSPARAN DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PENAMBAHAN SLS Sodium Lauryl Sulfate DAN SUKROSA. Jurnal Online Mahasiswa JOM Bidang Pertanian, 12, 1–11. Iriawan, N., & Astuti, S. P. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Jalaluddin, J., Aji, A., & Nuriani, S. 2019. Pemanfaatan Minyak Sereh Cymbopogon nardus L sebagai Antioksidan pada Sabun Mandi Padat. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 71, 52. Jean Fall, Abdoulaye Loum Sagne, M., & Malick, D. 2015. International Journal of Advanced Research in Biological Sciences. Int. J. Adv. Res. 211, 143–154. Kartika, D., & Widyaningsih, S. 2013. Konsentrasi Katalis dan Suhu Optimum pada Reaksi Esterifikasi menggunakan Katalis Zeolit Alam Aktif ZAH dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah. Jurnal Natur Indonesia, 143, 219. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, 2, 30–36. Khuzaimah, S. 2016. Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Ratih Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau, 22, 11. 804 Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 Langingi, R., Momuat, L. I., & Kumaunang, M. G. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung Karotenoid Wortel. Jurnal MIPA, 11, 20. Linghunchuqiao. 2014. Experimental report of ecoenzyme. Lita Darmayanti, Y. L. H. 2011. NPengaruh penambahan media pada sumur resapan dalam memperbaiki kualitas air limbah rumah tanggao Title. Jurnal Sains Dan Teknologi, 102, 61–66. Marpaung, J. J. A., Ayu, D. F., & Efendi, R. 2019. Sabun Transparan Berbahan Dasar Minyak Kelapa Murni dengan Penambahan Ekstrak Daging Buah Pepaya. Jurnal Agroindustri Halal, 52, 161–170. Mwanza, C., & Zombe, K. 2020. Comparative Evaluation of Some Physicochemical Properties on Selected Commercially Available Soaps on the Zambian Market. OALib, 0703, 1–13. Nancholas, T. 2019. Britain loves a bar of soap. UK. Insight. in-uk/ Nazim, F., & Meera, V. 2017. Comparison of Treatment of Greywater Using. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology, 64, 49–54. Neswati, N., Ismanto, S. D., & Derosya, V. 2019. Analisis Kimia dan Sifat Antibakteri Sabun Transparan Berbasis Minyak Kelapa Sawit dengan Penambahan Ekstrak Mikropartikel Gambir. JURNAL AGROINDUSTRI HALAL, 52. Ningrum, N. P., & Kusuma, M. A. I. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah Kapuk Randu Soda Qie sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 22, 275–285. Pujiati, A., & Retariandalas, R. 2019. Utilization of Domestic Waste for Bar Soap and Enzyme Cleanner Ecoenzyme [Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Untuk Pembuatan Sabun Batang Dan Pembersih Serbaguna Ecoenzym]. Proceeding of Community Development, 2, 777. Putra, Y. D., & Fitria, L. 2015. UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN TERHADAP IKAN MAS Cyprinus Carpio L.. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 31. Rasit, N., & Chee Kuan, O. 2018. Investigation on the Influence of Bio-catalytic Enzyme Produced from Fruit and Vegetable Waste on Palm Oil Mill Effluent. IOP Conference Series Earth and Environmental Science, 1401. Rasit, N., Lim, H. F., & Azlina, W. 2019. Production and Characterization of Eco Enzyme Produced From Tomato and Orange Wastes and Its Influence on the Aquaculture Sludge. International Journal of Civil Engineering and Technology, 103, 967–980. safrizal, S. 2016. Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma. Jurnal Manajemen Dan Keuangan Unsam, 52, 615–626. Sayali, J. D., Shruti, S. C., Shweta, S. S., Sudarshan, P. E., Akash, D. H., Shrikant, P. T., & Students, D. 2019. Use of Eco Enzymes in Domestic Waste Water Treatment. International Journal of Innovative Science and Research Technology, 42, 568–570. Sukawaty, warnida, A. 2016. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai Eleutherine bulbosa Mill. Urb.. Media Farmasi Jurnal Ilmu Farmasi, 131, 14–22. Tang, F. E., & Tong, C. W. 2011. A Study of the Garbage Enzyme’s Effects in Domestic Wastewater. International Journal of Environemntal, 512, 887–892. Megawati dan Nugroho /AGROINTEK 153 792-805 805 of-the-garbage-enzyme-s-effects-in-domestic-wastewater Vivian, O. P., Nathan, O., Osano, A., Mesopirr, L., & Omwoyo, W. N. 2014. Assessment of the Physicochemical Properties of Selected Commercial Soaps Manufactured and Sold in Kenya. Open Journal of Applied Sciences, 0408, 433–440. Wahyu Purnomo, P., Apriliana, R., & Rudiyanti, S. 2014. Keanekaragaman Jenis Bakteri Perairan Dasar Berdasarkan Tipe Tutupan Permukaan Perairan Di Rawa Pening. MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES, 3, 119–128. Wahyudi, A. 2018. PENGARUH PENAMBAHAN ARENGA SACCHARIFERA TERHADAP KUALITAS PRODUK SABUN TRANSPARAN. Jurnal Redoks, 32, 30. Warastiko, C. 2016. KONVENSIONAL BED-BATH DAN PREPACKED DISPOSIBLE BED-BATH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG. Jurnal Skolastik Keperawatan, 22, 122. Wati Ibnu Hajar, E., Febri Wirasny Purba, A., & Handayani, P. 2016. PROSES PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN SABUN PADAT. In Jurnal Integrasi Proses Vol. 6, Issue 2. Widyasanti, A., Farddani, C., & Rohdiana, D. 2016. PEMBUATAN SABUN PADAT TRANSPARAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA SAWIT Palm oil DENGAN PENAMBAHAN BAHAN AKTIF EKSTRAK TEH PUTIH Camellia sinensis. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 53. Zaharah, T. A., Nurlina, N., & Moelyani, R. R. 2018. Reduksi minyak, lemak, dan bahan organik limbah rumah makan menggunakan grease trap termodifikasi karbon aktif. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Journal of Environmental Sustainability Management, 25–33. AUTHORGUIDELINESTermandCondition1.Typesofpaperare originalresearchorreviewpaperthatrelevanttoourFocusand Scope a nd never or in  the process of bei ng published in any national orinternationaljournal2.PaperiswritteningoodIndonesianorEnglish3.Paper must be submitted to andjournaltemplatecouldbedownloadhere.4.Paper should not exceed 15 printed pages spaces including figure s andtablesArticleStructure1.Please ensure that the e-mail address is given, up to date and available forcommunicationbythecorrespondingauthor2.ArticlestructurefororiginalresearchcontainsTitle,Thepurposeofatitlei stograbtheattentionofyourreadersandhelpthemdecideifyourworkisrelevanttothem.Titleshouldbeconcisenomorethan15words.Indicateclearlythedifferenceofyourworkwithpreviousstudies.Abstract,Theabstractisacondensedversionofanarticle,andcontainsimportantpointsofintroduction,methods,results,andconclusions.Itshouldreflectclearlythe content of the a rticle. There is no refer ence permitted in the abs tract, andabbreviation preferably be avoided. Should abbreviation is used, it has to bedefinedinitsfirstappearanceintheabstract.Keywords,Keywordsshouldcontainminimumof3andmaximumof6words,separatedbysemicolon.Keywordsshouldbeabletoaidsearchingforthearticle.Introduction, Introduction should include sufficient background, goals of thework, and statement on the unique contribution of the article in the field.FollowingquestionsshouldbeaddressedintheintroductionWhythetopicisnewand important? What has been done previously? How result of the researchcontributetonewunderstandingtothefield?Theintroductionshouldbeconcise,nomorethanoneortwopages,andwritteninpresenttense.Materialī€ˆandī€ˆmethods,ā€œThissectionmentionsindetailmaterialandmethodsusedtosolvetheproblem,orproveordisprovethehypothesis.Itmaycontainalltheterminologyandthenotationsused,anddeveloptheequationsusedforreachingasolution.Itshouldallowareadertoreplicateī€ˆtheī€ˆworkā€ī€…Resultanddiscussion,ī€…ā€œThisī€ˆsectionī€ˆshowsī€ˆtheī€ˆfactsī€ˆcollectedī€ˆfromī€ˆtheī€ˆworkī€ˆtoī€ˆshownewsolutiontotheproblem.Tablesandfiguresshouldbeclearandconcisetoillustratethefindings.Discussionexplainssignificanceoftheresults.ā€ī€…Conclusions,ī€…ā€œConclusionī€ˆexpressesī€ˆsummaryī€ˆofī€ˆfindings,ī€ˆandī€ˆprovidesī€ˆanswerī€ˆtoī€ˆtheī€ˆgoalsī€ˆofī€ˆtheī€ˆwork.ī€ˆConclusionī€ˆshouldī€ˆnotī€ˆrepeatī€ˆtheī€ˆdiscussion.ā€ī€… Acknowledgment,Acknowledgementconsistsfundingbody,andlistofpeoplewhohelpwithlanguage,proofreading,statisticalprocessing,etc.References, We suggesta uthorsto use citation manager such as Mendeley tocomplywithEcologystyle.Referencesareatleast10 sources.Ratioofprimaryandsecondarysources definition ofprimaryandsecondarysourcesshouldbeminimum80 M., Corbeels, M., Leffelaar, Van Keulen, H., Wery, J., Ewert, F.,2012.Buildingcropmodelswithindifferentcropmodellingframeworks.Agric.Syst.113,57–63.doi the Tobacco Supply. Agric. Sci. Procedia 3, 255– ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Zambian market has witnessed an impressive upsurge in the production and consumption of a variety of soaps in recent years. However, there is scant, if any, knowledge of the quality and safety of these soaps. In this undertaking, the quality of some selected soaps was evaluated. The soap samples were randomly obtained from various supermarkets. The qualities of soaps were assessed based on the following physicochemical parameters free caustic alkali FCA, moisture content MC, total fatty matter TFM, pH and total alkali content TAC. Upon analysis, a variation in these physicochemical properties was observed. Percent MC ranged between ± and ± Solo and Yebo recorded the highest MC. The pH values ranged from ± to ± Yet again, Yebo had the highest pH followed by Solo and then Romeo. The TAC was between ± to ± and FCA values were from to ± Romeo had the highest TAC value ± followed by Dettol ± Only Solo and Yebo showed some traces of FCA. On the other hand, TFM values ranged from ± to ± Romeo recorded the highest TFM value ± and Yebo recorded the lowest ± On average, most soaps analysed herein were of fairly acceptable quality and are fit for extract microparticle is adding the value of palm oil-based transparent soap. Catechin content from extract gambir has the antibacterial activity to Staphylococcus aureus. As microparticle, extract gambir can be absorbed well into skin pore when applied as one of transparent soap contents. Thus, this research aimed for obtaining information related to the optimum concentration of extract gambir in microparticle, based on chemical characteristic and antimicrobial. Gambir was locally obtained from Pangkalan, 50 Kota District, West Sumatera. Gambir was diluted in ethanol then ultrasonified in order to get gambir as microparticle. There were 8 treatments and duplicated which were 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% and 10% of gambir extract addition. From this study, the optimum addition of gambir extract was 5% with of water and volatile content, was insoluble in ethanol, of free fatty acid, of fatty acid, unsaponifiable fraction, and the inhibition zone diameter of Staphylococcus aureus was JalaluddinAmri AjiSari NurianiSabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak sereh pada sabun mandi padat, pengaruh kecepatan putaran pada pembuatan sabun mandi padat,dan menganalisa karakteristik sabun terhadap kadar air, nilai pH, dan asam lemak bebas. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan 3 ml minyak sereh pada kecepatan putaran 500 rpm kadar air yang didapat yaitu sebesar 12,8 %, kadar asam lemak bebas sebesar 0,205%, dan nilai pH sebesar 9, Kuncisabun, saponifikasi, minyak sereh, karakteristik sabunAnik PujiatiRetariandalas RetariandalasMost of the waste problems come from household waste, both organic and inorganic waste. Household waste if managed properly can be a resource. The purpose of the community serviced activities that we have done is to utilized household waste into valuable products, the waste we treat is used cooking oil and fruit skin waste. Used cooking oil is residual frying oil which can be harmful to health if consumed or if thrown into the environment. While fruit and vegetable skin waste as domestic waste with the largest percentage will have to be handled so that it can reduce the volume of waste. In this community service, we provide knowledge in the form of household waste management, how to make bar soap from used cooking oil and cleaning fluid from fruit skin waste and its application to daily life. With direct practice, housewives as participants in this training were very enthusiastic about participating in this program, because, in addition to being able to reduce waste to landfill, they could also save on monthly expenses to buy cleaning waste from supermarkets, such as vegetables and fruits dreg are always discarded as solid waste and disposed to landfill. Implementing waste recovery method as a form of waste management strategy will reduce the amount of waste disposed. One of the ways to achieve this goal is through fermentation of the pre-consumer supermarket waste to produce a solution known as garbage enzyme. This study has been conducted to produce and characterize biocatalytic garbage enzyme and to evaluate its influence on palm oil mill effluent as a pre-treatment process before further biological process takes place. Garbage enzyme was produced by three-month long fermentation of a mixture of molasses, pre-consumer supermarket residues, and water in the ratio of 1310. Subsequently, the characterization of enzyme was conducted based on pH, total solids TS, total suspended solids TSS, total dissolved solids TDS, chemical oxygen demand COD, and enzyme activities. The influence of produced enzyme was evaluated on oil & grease O&G, TSS and COD of palm oil mill effluent POME. Different levels of dilution of garbage enzyme to POME samples 5%, 10%, 15% were explored as pre-treatment duration of six days and the results showed that the garbage enzyme contained bio-catalytic enzyme such as amylase, protease, and lipase. The pre-treatment showed removal of 90% of O&G in 15% dilution of garbage enzyme. Meanwhile, reduction of TSS and COD in dilution of 10% garbage enzyme were measured at 50% and 25% respectively. The findings of this study are important to analyse the effectiveness of pre-treatment for further improvement of anaerobic treatment process of POME, especially during hydrolysis ini bertujuan menentukan konsentrasi NaOH yang optimum untuk direaksikan dengan VCO mengandung karotenoid wortel guna menghasilkan sabun mandi padat yang memenuhi kualitas Standar Nasional Indonesia SNI No. 06-3532-1994. Pembuatan sabun mandi diawali dengan penentuan bilangan penyabunan, yang digunakan pada perhitungan konsentrasi NaOH, yakni 25%, 30% dan 35%. Sabun mandi padat yang dihasilkan diuji kualitasnya menurut SNI No. 06-3532-1994. Bilangan penyabunan dari VCO mengandung karotenoid wortel diperoleh sebesar 173,18 mg. Sabun mandi pada semua konsentrasi NaOH memenuhi SNI untuk uji jumlah asam lemak, alkali bebas dan asam lemak bebas. Untuk kadar air, sabun yang memenuhi SNI ada pada konsentrasi NaOH 35%, dan minyak mineral pada konsentrasi NaOH 30%. Sabun pada semua konsentrasi NaOH tidak memenuhi SNI untuk uji lemak netral. Penelitian ini menyimpulkan bahwa belum diperoleh konsentrasi NaOH yang optimum untuk pembuatan sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel yang memenuhi kualitas SNI No. 06-3532-1994. Sabun mandi yang mendekati kualitas SNI ada pada konsetrasi NaOH 30% dan 35%.Dwi AryaniFebrina RosintaThe aim of the research is to analyze how the service quality can affect customer’s satisfactionin shaping costumer’s loyalty. The research is quantitative and uses non-probability purposive samplingtechnique. The instrument of the research uses questionnaires which were analyzed with Structural EquationModeling. The result of the research shows that the five dimensions, physical evidence, empathy, reliability,quickness, and guaranty positively affect the service quality. The other results show that customer’s satisfactionis a preceding factor of customer’s loyalty. The direct effect of service quality on customer’s loyalty does notsustain the research, since the researcher did not find any significant direct relation between service qualityand customer’s States Patent Patent No. US 8L R CopelandR KleimanS LakesCopeland, L. R., Kleiman, R., & Lakes, S. 2015. 12 United States Patent Patent No. US 8,927,034
  1. Уз гл օ
  2. Ō·įŒÆŠ°ŃŠ²ŃƒįŒŖĻ… ŠŗįŠ‘ Š¾ŠŗŃ€Ļ…Šŗįˆ

BahanPangan Nabati Dan Hewani Yang Dijadikan Produk Pembersih posted: 13 February 2022 11.50 - Berikut ini beberapa nabati dan hewani yang dijadikan produk pembersih dan informasi yang membahas mengenai bahan pangan serta artikel lain yang berhubungan dengan topik tersebut di manfaat.org

Protein adalah salah satu zat gizi makro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Anda bisa mendapatkan protein dari daging-dagingan atau biji-bijian. Meski sama-sama protein, ada perbedaan antara protein hewani dan nabati. Mana yang lebih kaya gizi? Berikut perbedaan yang bisa Anda temukan pada protein nabati dan hewani. 1. Punya kandungan asam amino yang berbeda Asam amino adalah struktur terkecil dari protein yang nantinya akan diserap dalam tubuh. Pada dasarnya, terdapat 20 jenis asam amino yang diperlukan tubuh, termasuk asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial tidak diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga bergantung dari asupan harian. Namun, asam amino non-esensial ini dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Nah, sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap daripada sumber protein nabati. Sumber protein nabati yang memiliki kelengkapan asam amino esensial seperti sumber hewani adalah kacang kedelai. Meski lengkap, jumlah asam amino esensial pada kedelai tidak sebanyak sumber hewani. RingkasanProtein hewani punya susunan asam amino yang lengkap, baik esensial atau non-esensial. 2. Sumber protein hewani punya lebih banyak vitamin dan mineral Perbedaan protein lain dari hewani dan nabati adalah pada kandungan gizi mikronya. Zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral. Nah, protein hewani memiliki ragam gizi mikro yang lebih banyak daripada protein nabati. Berikut zat gizinya. Vitamin B12 pada ikan, daging, unggas dan produk susu. Orang yang tidak mengonsumsi makanan hewani biasanya cenderung kekurangan zat gizi ini. Vitamin D pada ikan berlemak, telur, dan produk susu. Jamur juga mengandung vitamin D, tetapi tidak mudah diserap layaknya vitamin pada sumber hewani. DHA Docosahexaenoic acid jenis asam lemak omega-3 pada ikan berlemak. DHA dari tumbuhan hanya ada pada alga. Zat besi jenis heme sebagian besar ditemukannya pada daging kambing atau daging merah lainnya. Jenis zat besi ini lebih mudah diserap daripada zat besi nonheme yang ada pada sayur, seperti bayam. Zink mineral ini biasanya ditemukan pada makanan laut dan daging merah. 3. Sumber protein nabati tidak mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh Perbedaan sumber protein hewani dan nabati ada pada kandungan lemaknya. Kebanyakan sumber dari protein hewani mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh, terutama pada daging merah. Inilah yang sangat bertolak belakang dengan sumber protein nabati. Makanan protein nabati tidak mengandung kolesterol maupun asam lemak jenuh. Mengonsumsi sumber protein nabati justru dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Tingginya kolesterol dalam protein hewani dapat menimbulkan risiko terjadinya penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung. Tak hanya itu, risiko penyakit kronis seperti kanker dan diabetes mellitus tipe 2 pun ikut meningkat. 4. Protein nabati bantu menurunkan berat badan Protein nabati ternyata lebih baik dalam menjaga berat badan. Penelitian dalam JAMA Internal Medicine 2016 menunjukan kelompok orang yang mengonsumsi protein nabati memiliki berat badan yang lebih rendah daripada sekelompok orang yang mengonsumsi protein hewani. Makanan protein nabati dapat membantu mengontrol berat badan. Hal ini disebabkan asupan tinggi protein dari sumber nabati bisa menimbulkan rasa kenyang lebih cepat dan lebih tahan lama. Jadi, efek ini sangat baik untuk mengatur jumlah makanan yang dimakan dan mencegah kenaikan berat badan. Meski memiliki keunggulan dan kekurangan, Anda tetap harus mengonsumsi keduanya dalam jumlah yang dianjurkan. Jangan sampai berlebihan ataupun kurang. Jika bingung membagi porsi makanan sumber protein hewani dengan protein nabati, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli gizi. Jadi, mana jenis protein yang lebih baik? Melihat perbedaan protein nabati dan hewani, sebenarnya kedua jenis protein ini sama-sama baik dan diperlukan untuk tubuh. Namun, sumber protein hewani juga tinggi lemak jenuh sehingga meningkatkan risiko kolesterol tinggi, hipertensi, atau penyakit jantung jika dikonsumsi terlalu banyak. Sumber protein nabati mungkin dianggap lebih menyehatkan untuk orang yang menjalani pola makan vegetarian atau vegan. Anda yang perlu mengurangi asupan daging juga bisa beralih mengonsumsi sumber protein nabati, seperti tempe atau tahu. Terlepas dari jenis proteinnya, tetap konsumsi dalam jumlah wajar dan variasikan dengan menu makanan bernutrisi yang mengandung karbohidrat, vitamin, dan mineral. Contohnyaseperti sabun, detergen, pasta gigi, pembersih lantai, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kelompok kami tertarik dan ingin lebih mengetahui secara luas tentang bahan nabati dan bahan hewani agar kami dapat memahami apa saja yang terkait dengan bahan nabati dan bahan hewani tersebut. Apa perencanaan usaha business plan itu? Dalam pengertian ekonomi, usaha atau bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok individu yang dilaksanakan secara legal dengan menggunakan dan mengkombinasikan sumberdaya atau faktor-faktor produksi untuk menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh manfaat finansial, yaitu laba bisnis atau laba usaha business profit Dari batasan di atas dapat kita catat bahwa, suatu usaha atau bisnis akan selalu berhubungan dengan pengharapan expectation, yaitu harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Kita tahu betul, kepastian dari masa yang akan datang adalah ketidakpastian.
Produkpembersih adalah produk yang fungsinya melepaskan kotoran dari permukaan benda maupun tubuh manusia. Bahan alami terdiri atas nabati dan hewani. Terhembus lebih jauh dan bahan yang lebih berat sedikittidak terhembus. Produk pembersih masuk ke lingkungan selama penggunaan rutin dengan dibilas melalui saluran pembuangan atau menguap
Bahan Nabati dan Hewani – Coba perhatikan makanan yang anda makan. Apakah terbuat dari bahan nabati atau hewani? Lalu bagaimana cara pengawetan dari makanan yang anda konsumsi tersebut? Di artikel kali ini akan dibahas tuntas tentang bahan nabati dan hewani serta contoh dan cara pengawetannya. sumber Pengertian Bahan Nabati dan Hewani Bahan pangan makanan dibagi menjadi dua yaitu bahan pangan nabati dan hewani. Bahan nabati adalah bahan makanan yang berasal dan diolah dari bahan dasar tanaman. Jadi bahan-bahan yang didapatkan dari bagian yang ada pada tanaman entah itu buah, batang, daun atau akarnya termasuk dalam bahan nabati. Sedangkan bahan pangan hewani adalah bahan makanan yang berasal dan diolah dari hewan. Tidak hanya dari dagingnya, produk lainnya yang didapatkan dari hewan seperti telur, susu dan lainnya termasuk dalam bahan pangan hewani. Perbedaan Karakteristik Antara Bahan Nabati dan Hewani Ini dia perbedaan karakteristik dari bahan pangan nabati dan hewani 1. Bahan makanan hewani daya simpannya jauh lebih pendek dibandingkan dengan bahan pangan nabati apabila dalam keadaan segar. Hal tersebut dikarenakan bahan hewani tidak memiliki jaring pelindung yang kokoh dan kuat seperti pada bahan nabati 2. Bahan hewani memiliki sifat lebih lunak dari pada bahan nabati sehingga lebih mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar 3. Kebanyakan bahan pangan hewani adalah sumber karbohidrat, protein, mineral, vitamin dan lemak. Dapat disimpulkan dari poin-poin di atas, pengolahan sangat penting untuk memperpanjang masa simpan, meningkatkan kualitas, daya tahan dan nilai tambah dari sebuah produk. Dengan begitu, suatu produk dapat memiliki daya ekonomi lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan Pengolahan Makanan Nabati dan Hewani Pengolahan makanan merupakan metode untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan yang layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Banyak langkah dan cara yang bisa dilakukan dalam mengolah makanan sesuai dari jenis bahan atau makanan yang ingin dibuat. Macam-macam pengolahan makanan adalah sebagai berikut Memotong dan Mengupas Pemerasan, contohnya adalah membuat jus buah Pemasakan, meliputi menggoreng, merebus dan memanggang Pencampuran Peragian, contohnya adalah pembuatan tempe Pengeringan semprot Pasteurisasi pemanasan makanan Pengepakan Contoh Bahan Nabati dan Hewani Ada banyak sekali contoh bahan nabati dan hewani yang bisa dijadikan olahan makanan atau produk lainnya. Ini dia contoh beberapa contoh bahan pangan nabati dan hewani. Bahan Pangan Nabati sumber Bahan pangan nabati didapatkan dari sayuran dan buah-buahan. Sayuran dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu berdasarkan iklim tempat tumbuhnya. Sayuran yang tumbuh di iklim tropis adalah petai, cabai, jengkol, petai, kangkung, buncis, daun salam, sereh, ubi jalar, jahe, kunyit dan daun singkong. Sedangkan sayuran yang tumbuh di iklim sub tropis adalah wortel, kentang, brokoli, seledri, jamur dan selada. Seperti sayuran, buah-buahan juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu buah-buahan tropis dan sub tropis. Buah-buahan tropis contohnya adalah jambu air, jambu biji merah, sawo, kesemek, duku, belimbing, sirsak, manggis, salak dan rambutan. Sedangkan buah-buahan sub tropis contohnya adalah cherry, strawberry, plum, persik dan kiwi. Bahan Pangan Hewani sumber Susu Merupakan produk yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia seperti sapi, kambing, unta dan lainnya yang berbentuk berupa cairan Ikan Hewan yang bangkainya halal untuk dimakan ini dapat diolah menjadi berbagai macam makanan Daging Daging yang biasanya dijadikan sebagai bahan pangan adalah sapi, kambing, ayam yang diambil dengan cara pemotongan ternak Telur Merupakan produk utama yang dihasilkan oleh ayam petelur. Produk Olahan dari Bahan-Bahan Di Atas Bahan seperti susu dapat diolah lagi menjadi keju, krim, susu bubuk sedangkan daging dapat diolah menjadi dendeng, sosis dan lain-lain Proses Pengawetan Bahan Pangan Nabati dan Hewani Biasanya bahan hasil pertanian, perternakan dan perikanan mudah mengalami kerusakan setelah dipanen sehingga akan terjadi penurunan mutu. Untuk menjaga kualitas dari bahan pangan, maka diperlukan adanya sebuah proses pengawetan. Terdapat beberapa metode pengawetan pangan yaitu dengan menonaktifkan, menghambat dan mencegah penyebab kerusakan pada makanan. Setiap metode tersebut hanya akan berhasil apabila langkah-langkah yang dilakukan tetap dan sesuai. Beberapa metode yang dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan adalah 1. Pengawetan dengan Suhu Rendah sumber Teknik pengawetan makanan jenis ini memanfaatkan lemari pendingin. Suhu yang dibutuhkan dalam pengawetan jenis ini adalah antara -2 sampai 8 derajat celcius. Cara pengawetan dengan suhu rendah dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu pendinginan dan pembekuan. Pendinginan hanya berfungsi untuk mendinginkan makanan sedangkan pembekuan bertujuan untuk membuat bahan makanan menjadi beku. Biasanya suhu yang dibutuhkan dalam proses pembekuan adalah antara -12 sampai -24 derajat celcius sedangkan untuk pembekuan cepat diperlukan suhu antara -24 sampai -40 derajat celcius. 2. Pengawetan Makanan Suhu Tinggi sumber Pengawetan makanan jenis ini dilakukan dengan proses memasak seperti merebus atau menggoreng. Panas yang dibutuhkan untuk mengawetkan makanan harus tepat agar kandungan gizi yang terdapat makanan tetap dapat terjaga. Pemanasan yang baik adalah dengan kadar suhu secukupnya yang sekiranya dapat mematikan mikroba pembusuk dan panthogen dalam bahan makanan. 3. Pengawetan dengan Pengeringan sumber Jenis pengawetan makanan ini bertujuan untuk menghilangkan sebagian atau seluruh kandungan air dari bahan makanan yang dilakukan dengan menggunakan energi panas dari matahari supaya kandungan air menguap. Dengan berkurangnya kandungan air dari bahan makanan tersebut, maka mikroba tidak dapat tumbuh lagi. Keuntungan lainnya dari produk yang diawetkan dengan cara pengeringan ini adalah lebih ringan dan volume menjadi lebih kecil sehingga memudahkan dalam proses penyimpanan dan transportasi. Pengeringan yang baik terjadi apabila pemanasan yang terjadi merata. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah suhu, luas permukaan bahan, aliran udara dan tekanan uap di udara. Selain menggunakan energi panas dari matahari, pengeringan juga dapat dilakukan menggunakan alat pengering. 4. Pengawetan dengan Bahan Kimia sumber Jenis pengawetan ini sering digunakan oleh industri-industri makanan skala besar yaitu dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Penggunaan bahan kimia ini harus dalam takaran yang tepat dan sesuai dengan prosedur supaya aman untuk manusia yang mengonsumsinya. Pemberian asam dapat menurunkan pH yang terdapat pada makanan sehingga pertumbuhan bakteri pembusuk menjadi terhambat. Itulah dia pembahasan tentang pengertian, contoh dan cara pengawetan dari bahan nabati dan hewani. Semoga bermanfaat DeUmr.
  • d67ffp9p7n.pages.dev/90
  • d67ffp9p7n.pages.dev/10
  • d67ffp9p7n.pages.dev/740
  • d67ffp9p7n.pages.dev/503
  • d67ffp9p7n.pages.dev/397
  • d67ffp9p7n.pages.dev/294
  • d67ffp9p7n.pages.dev/945
  • d67ffp9p7n.pages.dev/104
  • d67ffp9p7n.pages.dev/682
  • d67ffp9p7n.pages.dev/395
  • d67ffp9p7n.pages.dev/174
  • d67ffp9p7n.pages.dev/654
  • d67ffp9p7n.pages.dev/477
  • d67ffp9p7n.pages.dev/812
  • d67ffp9p7n.pages.dev/353
  • produk pembersih nabati dan hewani